KETIK, ACEH BARAT DAYA – Warga Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), dibuat resah akibat berhentinya penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berlokasi di Desa Pante Cermin. Kondisi ini memicu lonjakan harga bensin di tingkat pengecer hingga menyentuh Rp30 ribu per liter.
Kenaikan harga tersebut terjadi di tengah situasi Aceh yang kini sedang dilanda bencana banjir di sejumlah wilayah. Kondisi itu membuat kebutuhan bahan bakar semakin krusial, terutama bagi warga yang membutuhkan transportasi untuk evakuasi, distribusi logistik, hingga aktivitas darurat lainnya.
Salah satu tokoh masyarakat Babahrot, Yusran, menyayangkan langkah SPBU yang diduga tidak mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan pemerintah bersama PT Pertamina.
“Ini sangat memprihatinkan. Apalagi situasinya sedang darurat banjir. Dengan SPBU berhenti menyalurkan BBM, harga eceran langsung melambung,” ujar Yusran, Jumat, 29 November 2025.
Menurutnya, harga bensin di pengecer kini tidak lagi rasional. Pertamax dan Pertalite dijual hingga Rp30 ribu per liter. Sementara itu, bensin dalam botol 600 ml dijual Rp25 ribu dan botol 1,5 liter bisa mencapai Rp50 ribu.
Yusran menilai kondisi ini bukan hanya merugikan masyarakat, namun berpotensi membuka ruang bagi praktik penimbunan atau permainan harga oleh oknum tertentu.
“Kami minta pihak berwenang turun tangan. SPBU Babahrot harus ditegur atau ditindak bila terbukti melanggar aturan. Jangan sampai masyarakat jadi korban ketika mereka sedang kesulitan,” tegasnya.
Warga berharap pemerintah daerah bersama Pertamina segera mengambil langkah cepat agar distribusi BBM kembali normal, sehingga kelangkaan dan lonjakan harga dapat diatasi.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pengelola SPBU maupun pihak terkait. (*)
