KETIK, JOMBANG – Silaturahmai Nasional (Silatnas) Ikatan Alumni MAN Tambakberas (IKAMANTAB) di Aula Hubbul Wathon, MAN 3 Jombang membedah buku KH Wahab Chasbullah, karya Abdul Mun'in DZ. Agenda itu merupakan merupakan rangkaina dari HUT ke-9 IKAMANTAB, Minggu 28 September 2025.
Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum (YPPBU) beserta segenap Dzurriyah Bahrul Ulum turut hadir dalam agenda nasional ini. Acara didahului dengan pembacaan Tahlil oleh Prof Dr KH Abd Kholid.
Acara tersebut digawangi langsung Ketua 1 YPPBU, KH. M. Syifa' Malik MPdI atau Gus Syifa'. Mengutip sambutan Ketua Umum YPPBU, Dr KH M Wahfiyul Ahdi SH MPdI, bedah buku ini merupakan wujud spirit Mbah Wahab dengan interpretasi yang berbeda.
Beberapa narasumber yang hadir dalam bedah buku Mbah Kyai Wahab diantaranya: Zainul Munasikhin MA (DPR RI PKB), KH Abdul Mun'in DZ (Penulis buku), Prof Dr H Nur Ali MPd (Ketua IKAMANTAB), Nyai Hj Hizbiyyah Wahab (Ketua umum YPT BU sekaligus putri KH Wahab), HM Shofiyulloh Cokro (Ketua PB PMII).
Kelima narasumber menguraikan isi buku Mbah Wahab dari beberapa perspektif. Kyai Mun'in memaknai buku Mbah Wahab tidak hanya sekadar Transfer of Knowledge tetapi lebih kepada Transfer of Spirit.
Mewakili Putri KH Wahab Chasbullah, Bu Nyai Hizbiyyah Wahab berharap generasi muda utamanya santri alumni dapat mengambil suri tauladan dari buku NU danebut Kyai Wahab.
Ketua PB PMII, Gus Shofiyulloh menghimbau alumni untuk merawat teori dan Pemikiran Mbah Wahab. Tidak hanya sebatas buku bacaan, melainkan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam berjuang untuk ummat.
Anggota DPR RI Komisi 9 dari Fraksi PKB, Zainul Munasikhin MA turut menyuarakan pendapatnya mengenai Buku Mbah Wahab.
Menurutnya, Buku ini sangat inspiratif, memuat 27 Kaidah panduan bagi seluruh alumni untuk memecahkan masalah rumit kaitanya dengan negara.
Di tengah diskusi itu, muncul refleksi kritis. Kata dia, banyak kader NU hari ini cenderung pasif. Mereka hanya menjadi penonton atau sekadar "buzzer" istilah lokal untuk penyemangat tanpa peran nyata. Padahal, sejak awal, NU lahir dari denyut perjuangan politik dan nasionalisme aktif.
"Mbah Wahab, bahkan pernah masuk dalam pusaran politik Nasakom. Bagi beliau, agama dan negara bukanlah dua hal yang dipisahkan. Kebutuhan negara adalah amanah keagamaan, begitu kira-kira semangat yang tergambar dalam buku itu," ujar Politisi PKB asal Lamongan itu, Minggu 28 September 2025.
Zainul Munasikin, yang merupakan alumni MAN 3 Bahrul Ulum Tambakberas kini MAN 3 Jombang tampak bersemangat ketika menegaskan pesan Mbah Wahab.
"Kalau sholat saja itu tidak cukup menjadi santri ala Mbah Wahab,"ujarnya, disambut anggukan peserta.
Bagi dia, santri harus hadir dengan intelektual, sosial, dan politik yang matang, bukan sekadar mengaji lalu diam di pinggir panggung kebangsaan.
"Pemikiran Mbah Wahab sangat relevan dalam menghadapi konsolidasi dan tantangan kebangsaan masa kini," tutur Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas ini.
Ia pun mengajak para peserta beda buku, dari santri hingga aktivis muda NU, mengingat kembali bahwa dalam sejarah NU, aktivitas keulamaan dan politik tak pernah bisa dipisahkan.
"Warisan Mbah Wahab menjadi tantangan baru, jangan berhenti di tepian, tapi turun ke gelanggang," ujarnya.
Terakhir, Prof Nur Ali yang merupakan Ketua IKAMANTAB menggaris bawahi beberapa hal seperti peran ganda Kyai Wahab dalam hal agama dan nasionalisme, strategi, dan nilai Ajaran. Setelah materi, Sesi diskusi bersama alumni menjadi momen evaluasi kelebihan dan kekurangan Buku Mbah Wahab.
Sementara, Kepala Madrasah, Sutrisno ME menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT atas terselenggaranya Silatnas dan ucapan terimakasih kepada segenap undangan dan alumni yang berkenan hadir.
"Alhamdulillah. Syukur atas silaturahim ini. Ibarat kata, Kacang tidak lupa kulitnya, karena Alumni juga merupakan aset, dan turut menyemai dalam mengamalkan ilmu. Semoga mendapat berkah dan ilmu yang bermanfaat," tuturnya. (*)