KETIK, NAGAN RAYA – Di sebuah sudut kecil Desa Paya Udeung, Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, senyum hangat seorang ibu rumah tangga menyambut tim dari PT Bara Energi Lestari (BEL) yang datang berkunjung ke kios sederhananya. Hernita, nama ibu itu, tak kuasa menutupi rasa syukurnya.
“Singgah dulu, Bapak dan Ibu,” ujarnya ramah, seraya membereskan gelas kopi di meja kayu tua yang menjadi saksi perjalanan usahanya, Rabu, 6 Agustus 2025.
Di tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota, kios kecil milik Hernita dulunya nyaris gulung tikar. Minimnya stok barang membuat para tetangga enggan berbelanja, dan modal yang ia miliki lambat laun terkikis untuk kebutuhan dapur dan jajan anak-anak.
“Dulu saya hampir tutup usaha ini. Orang mau beli gula, tidak ada mi instan. Ada sabun, tidak ada minyak goreng. Modal gak mutar, habis untuk kebutuhan sehari-hari,” kisah Hernita dengan mata yang sempat berkaca-kaca, mengingat masa sulit yang nyaris mematikan semangatnya.
Namun, pada April lalu, harapan itu kembali mengetuk pintu hatinya. Proposal usulannya disambut baik oleh PT BEL melalui program pemberdayaan ekonomi CSR. Hernita pun mendapat bantuan barang kelontong yang cukup untuk mengisi kembali rak-rak kosong di kios kecilnya.
“Alhamdulillah, sekarang barang dagangan sudah banyak. Penjualan meningkat, modal berputar. Bisa bantu penuhi kebutuhan harian rumah tangga,” ucapnya dengan nada penuh syukur.
Program bantuan ini merupakan bagian dari upaya PT BEL untuk mendorong kemandirian ekonomi masyarakat sekitar wilayah operasionalnya. Tim monitoring yang terdiri dari Fuad (Officer CSR Processing dan Monitoring), Arif Firmansyah (Sustainable Program & Community Infrastructure), serta Revina Rahayu (Media Relation), hadir langsung untuk memastikan keberlanjutan manfaat dari program ini.
Bagi Hernita, bantuan itu bukan sekadar barang dagangan. Ia menyebutnya sebagai penyambung harapan, penopang ekonomi keluarga kecilnya, dan tanda bahwa masih ada tangan yang peduli.
Tak muluk-muluk, Hernita hanya berharap agar program ini bisa berlanjut. Ia pun menitipkan doa untuk keberlangsungan perusahaan.
“Mudah-mudahan nanti ada bantuan tahap dua, atau kios ini bisa direhab. Kami juga terus mendoakan kelancaran PT BEL, karena manfaatnya sudah sangat terasa di kampung ini,” tuturnya lirih namun penuh harap.
Di tengah kios yang sederhana, Hernita kini berdiri lebih kuat. Bukan karena bantuan semata, tapi karena semangat dan harapan yang telah hidup kembali di antara rak-rak yang kini tak lagi kosong. (*)
