KETIK, PACITAN – Kebiasaan buruk membuang sampah rumah tangga ke sungai menjadi perhatian.
Di tengah musim hujan, perilaku tak bertanggung jawab itu berpotensi besar memicu bencana banjir.
Di kawasan perkotaan Pacitan misalnya, kondisi terparah terjadi di aliran Sungai Belimbing, Kelurahan Pucangsewu.
Perangkap sampah di lokasi tersebut waktu lalu sempat jebol karena tak sanggup menahan tumpukan limbah domestik.
Akibatnya, aliran air tersumbat dan memperbesar risiko banjir saat hujan deras turun.
‘’Sampah yang menumpuk didominasi limbah rumah tangga yang dibuang langsung ke sungai,’’ ujar Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan dan Air Minum (PLAM) PUPR Pacitan, Tonny Setyo Nugroho, Minggu, 25 Mei 2025.
Situasi serupa juga ditemukan di kawasan Desa Bangunsari.
Di lokasi itu, volume sampah yang terus bertambah menyebabkan sistem penahanan air tidak berjalan optimal.
Setiap kali hujan turun deras, PUPR terpaksa mengerahkan tiga dump truk untuk mengangkut tumpukan sampah dari lokasi perangkap yang rusak.
Tonny menyesalkan minimnya kesadaran sejumlah warga yang enggan menjaga kebersihan aliran air.
Padahal, perangkap sampah yang dipasang pemerintah sejatinya berfungsi sebagai alat pengendali banjir kota.
‘’Perangkap sampah ini seharusnya menjadi pengaman banjir kota. Tapi karena perilaku oknum-oknum yang belum sadar lingkungan, fungsinya tidak maksimal,’’ tegasnya.
Ia menambahkan, upaya pembersihan memang terus dilakukan oleh pemerintah.
Namun, tanpa partisipasi aktif masyarakat, kerusakan akan terus terulang, bahkan bisa makin parah seiring meningkatnya curah hujan.
‘’Sampah bukan sekadar persoalan estetika. Dalam kondisi cuaca ekstrem, limbah rumah tangga bisa jadi pemicu bencana,’’ tandas Tonny.
PUPR mengimbau warga agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan akhir.
Kesadaran dan penegakan aturan disebut perlu diperkuat agar kesadaran kolektif bisa tumbuh dan ancaman banjir bisa diminimalisasi. (*)