Pulau Christmas Diserbu 100 Juta Kepiting Merah, Fenomena Alam Langka yang Jadi Daya Tarik Dunia

29 Oktober 2025 03:30 29 Okt 2025 03:30

Thumbnail Pulau Christmas Diserbu 100 Juta Kepiting Merah, Fenomena Alam Langka yang Jadi Daya Tarik Dunia
Potret Kepiting Merah (Foto: Tangkapan Layar YouTube YBS Youngbloods)

KETIK, SURABAYA – Pemandangan menakjubkan kembali tersaji di Pulau Christmas, Samudra Hindia. Jutaan kepiting merah raksasa berbondong-bondong keluar dari hutan menuju laut untuk bertelur. Fenomena migrasi tahunan ini mengubah jalanan pulau menjadi layaknya “karpet merah hidup” — pemandangan langka yang selalu memukau wisatawan dan peneliti dari berbagai penjuru dunia.

Dilansir dari The Independent pada 23 Oktober 2025, Pengelola Taman Nasional Pulau Christmas, Alexia Jankowski, menjelaskan bahwa pulau yang terletak di antara Australia dan Pulau Jawa, Indonesia, merupakan rumah bagi sekitar 200 juta kepiting merah endemik (Gecarcoidea natalis).

Dari jumlah itu, diperkirakan sekitar 100 juta ekor akan bermigrasi ke pesisir tahun ini untuk berkembang biak.

Migrasi besar-besaran ini dipicu oleh turunnya hujan musim panas pertama di belahan Bumi Selatan pada akhir pekan lalu.

Berdasarkan data dari Christmas Island National Park (CINP), pergerakan migrasi ini umumnya terjadi antara bulan Oktober dan November, meskipun kadang bergeser hingga Desember atau Januari.

Selama masa migrasi, kepiting merah biasanya bersembunyi di siang hari dan mulai bergerak perlahan pada pagi dan sore. Mereka menyeberangi hutan, kebun, hingga jalan raya dalam perjalanan menuju laut. Setiap tahun, sekitar 1.200 penduduk Pulau Christmas harus menyesuaikan aktivitas mereka, bahkan beberapa jalan utama ditutup sementara demi memberi ruang aman bagi jutaan kepiting yang melintas.

Dalam perjalanan ini, kepiting jantan akan memimpin rombongan, diikuti oleh kepiting betina. Sesampainya di pantai, kepiting jantan akan menggali liang sebagai tempat betina bertelur dan mengerami selama sekitar dua minggu. Setiap betina dapat menghasilkan hingga ratusan ribu telur yang diperkirakan akan dilepaskan ke laut pada 14–15 November mendatang.

Setelah telur menetas, larva kepiting akan segera berubah menjadi bentuk kecil menyerupai udang yang disebut megalopae. Larva ini biasanya berkumpul di kolam pasang surut selama satu hingga dua hari sebelum berkembang menjadi kepiting muda.

Kepiting kecil berukuran sekitar 5 milimeter itu kemudian memulai perjalanan selama sembilan hari menuju daratan, lalu bersembunyi di celah batu dan hutan selama tiga tahun pertama masa hidupnya.

Namun, hanya sebagian kecil yang mampu bertahan. Sebagian besar larva menjadi santapan ikan kecil, pari manta, atau hiu paus yang hidup di perairan sekitar Pulau Christmas.

Kendati demikian, sekali atau dua kali dalam satu dekade, cukup banyak kepiting muda yang berhasil bertahan, memastikan keberlangsungan populasi mereka di pulau tersebut.

Fenomena migrasi kepiting merah di Pulau Christmas kini telah menjadi ikon ekowisata dunia yang memukau, menarik perhatian wisatawan, peneliti, serta para pecinta alam dari berbagai penjuru dunia setiap tahunnya.

Tombol Google News

Tags:

Kepiting Merah Pulau Christmas Migrasi Kepiting Merah Christmas Island Gecarcoidea natalis Satwa Endemik