KETIK, SURABAYA – Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan jumlah penderita Tuberculosis (TBC) terbanyak di dunia, dengan perkiraan 1,09 juta kasus dan 125 ribu kematian setiap tahunnya, atau sekitar 14 kematian per jam.
Data tahun 2024 menunjukkan sekitar 885 ribu kasus TBC ditemukan, terdiri dari 496 ribu laki-laki, 359 ribu perempuan, dan 135 ribu anak-anak usia 0-14 tahun. Statistik ini menggarisbawahi urgensi peningkatan upaya pencegahan dan pengobatan di seluruh wilayah Indonesia.
Menanggapi kondisi tersebut, Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (FK UWKS) melalui tim pengabdian masyarakat bergerak aktif. Mereka melakukan pendampingan intensif bagi pasien TBC agar dapat segera pulih dan kembali beraktivitas normal.
Bekerja sama dengan Kader PKK, Tim FK UWKS yang dipimpin oleh dr. Muzaijadah Retno Arimbi, Sp.P., FISR, fokus mendampingi pasien TBC agar disiplin minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan rutin kontrol ke fasilitas kesehatan.
Pengobatan TBC memang tidak mudah, dengan adanya kemungkinan efek samping obat dan memerlukan waktu pengobatan yang tidak sebentar, minimal 6 bulan.
“Dengan kolaborasi Kader PKK sebagai PMO, kami berharap angka putus obat dapat ditekan, pasien lebih patuh berobat, dan angka kesembuhan TBC di Surabaya bisa meningkat,” jelas Retno, Senin, 13 Juli 2025.
Dalam kegiatan ini, para kader PKK juga dibekali pengetahuan komprehensif mengenai epidemiologi TBC, cara penularan, serta tata cara pengobatan dan pencegahan TB Paru. Tim FK UWKS juga memantau kepatuhan pasien melalui kuesioner rutin dan pendampingan langsung di lapangan.
"Tidak hanya mendukung kesehatan masyarakat program ini menargetkan luaran berupa artikel di Jurnal Pengabdian Masyarakat," pungkasnya.
Dalam mendukung kesembuhan peran keluarga penting dalam pencegahan penularan TBC karena keluarga memiliki peran besar dalam merawat anggota keluarga yang sakit TBC dan memastikan anggota keluarga yang sehat tidak tertular TBC. (*)