KETIK, SURABAYA – Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (Himasitra) Petra Christian University kembali menggelar kompetisi berskala nasional bertajuk Petra Civil Expo (PCE) 2025. Acara ini digelar di Ciputra World Surabaya berlangsung pada 15-17 Mei 2025.
Mengusung tema "Building Resilient Infrastructure through Transformative Innovation," kompetisi ini menghadirkan tiga kompetisi tingkat nasional. Pertama, Bridge Competition (BC) untuk anak SMA.
Kemudian, Earthquake Resistant Design Competition (ERDC) untuk mahasiswa, dan Lomba Kuat Tekan Beton (LKTB) untuk mahasiswa.
Michael Winata selaku Ketua Panitia PCE 2025 mengatakan, jika pada kompetisi kali ini terdapat 160 tim yang berkompetisi. Rinciannya sebanyak 52 tim mengikuti kompetisi LKTB, 45 tim berlomba di ERDC, dan BC diikuti oleh 63 tim.
"Kompetisi kita diikuti total 160 tim dengan masing-masing tim beranggotakam 3 orang sehingga total perserta di PCE 2025 ini 480 peserta," jelas Michael, Kamis, 15 Mei 2025.
Dirinya menambahkan PCE 2025 kali ini menekankan urgensi dan pentingnya inovasi dalam menghadapi tantangan pembangunan infrastruktur di Indonesia yang tangguh dan berkelanjutan.
Karena kondisi geografis Indonesia rentan terhadap bencana alam, maka perlu transformasi dalam desain dan pembangunan infrastruktur yang sesuai untuk mendukung keberlanjutan.
"Jadi dalam kompetisi PCE 2025 ini, kami memfokuskan pada desain dan pembangunan infrastruktur yang lebih tahan lama, aman, serta resilient terhadap tantangan zaman. Khusunya kondisi geografis Indonesia," tambahnya.
Guna mendukung kreativitas para peserta, panitia telah menyediakan berbagai material, meliputi 23 batang kayu balsa sepanjang satu meter, lem G, serta baseboard sebagai alas pembuatan tower.
Salah satu kriteria dimensi bangunannya haruslah terdiri dari 10 lantai, total tinggi bangunannya 95 centimeter dengan berat maksimal 150 gram tanpa baseboard.
Salah satu hal yang menarik adalah kompetisi ERDC dimana setelah peserta selesai merakit bangunan, panitia akan menguji ketahanannya terhadap guncangan gempa menggunakan shaking table dengan level 1 hingga level 7 secara bertahap untuk melihat ketahanan maketnya.
"Penilaian tidak hanya berfokus pada seberapa kuat maket tersebut, tetapi juga mempertimbangkan efisiensi beratnya," pungkasnya. (*)