Museum Brawijaya, Tempat Edukasi Sejarah yang Bertahan di Tengah Modernisasi Kota Malang

8 November 2025 04:38 8 Nov 2025 04:38

Thumbnail Museum Brawijaya, Tempat Edukasi Sejarah yang Bertahan di Tengah Modernisasi Kota Malang
Pemandangan Museum Brawijaya Malang tampak depan. (Foto: Aliyah/Ketik.com)

KETIK, MALANG – Indonesia adalah negara yang pernah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun. Sehingga, negara ini memiliki perjalanan sejarah yang begitu panjang hingga akhirnya Merdeka. Dalam perjuangan para pahlawan, selalu ada tekad yang dikobarkan, meskipun hanya bermodal bambu runcing dan senjata sederhana lainnya mampu melawan penjajah Belanda.

Sehingga, sebagai generasi muda harus selalu mengingat semua perjuangan para pahlawan. Salah satunya dengan sering mengunjungi museum perjuangan untuk mengetahui sejarah para pejuang zaman dulu.

Museum Brawijaya Malang adalah museum yang sudah berdiri puluhan tahun yang bisa dijadikan sebagai tempat pembelajaran tentang nilai-nilai kejuangan bagi semua masyarakat. 

Berawal dari ide Bapak Brigadir Jenderal TNI Soerachman tahun 1962. Pada saat itu beliau memiliki ide akan mendirikan sebuah museum perjuangan di Jawa Timur. 

Foto View Gerbong Maut di Museum Brawijaya Malang. (Foto: Aliyah/Ketik.com)View Gerbong Maut di Museum Brawijaya Malang. (Foto: Aliyah/Ketik.com)

Namun, Bapak Brigadir Jenderal TNI Soerachman belum tahu akan didirikan dimana atau di kota mana museum perjuangan ini. Kemudian, beliau berkeliling ke beberapa kota di Jawa Timur dan dipilihlah Kota Malang menjadi lokasi Museum Brawijaya.

5 tahun kemudian, di tahun 1967, gedung ini mulai dibangun dan diarsiteki oleh Kapten CZI Soemardi. Dengan demikian, gedung ini adalah gedung asli buatan Indonesia bukan buatan Belanda. Proses pembangunan memakan waktu kurang lebih satu tahun hingga pada tanggal 4 Mei 1968  Museum Brawijaya diresmikan oleh Kolonel Dr. Soewondo jam 10 pagi. 

Pada saat peresmian, gedung museum ini diberi semboyan dari Bahasa Sansekerta "Citra Uthapana Cakra" yang bermakna Sinar yang Membangkitkan Kekuatan. 

Museum Brawijaya sendiri memiliki 5 lokasi yang dipamerkan kepada para pengunjung. 5 lokasi tersebut diantaranya Taman Halaman depan bisa disebut 'Agne Yastra Loka' atau taman senjata api, yang kedua adalah Ruang Lobi, kemudian yang ketiga Halaman Tengah tempat Gerbong Maut dan Perahu Segigir, yang keempat adalah Ruang Pameran I sebelah utara, tempat koleksi benda tahun 1945 - 1949, dan yang kelima adalah Ruang Pameran II 1950 - sekarang.

Foto View Perahu Segigir di Museum Brawijaya Malang. (Foto: Aliyah/Ketik.com)View Perahu Segigir di Museum Brawijaya Malang. (Foto: Aliyah/Ketik.com)

Museum Brawijaya sendiri sampai saat ini terbuka untuk umum dari jam 08.00 - 15.00. Sehingga, siapapun yang ingin belajar terkait sejarah perjuangan para pahlawan bisa datang.

Untuk barang-barang koleksi Museum Brawijaya sendiri berasal dari beberapa tempat di Jawa Timur, seperti Perahu Segigir yang merupakan perahu yang digunakan oleh Komandan Resimen Jokotole, Bapak Letkol Chandra Hasan pada Agresi Militer Belanda pertama pada bulan November 1947 di Madura. 

Pada saat itu, Pasukan Resimen Jokotole yang dipimpin Bapak Letkol Chandra Hasan digempur habis-habisan di Pulau Madura. Menyadari senjata tidak bisa mengimbangi senjata milik Belanda, akhirnya pasukan Jokotole mundur keluar dari Madura.

Bapak Letkol Chandra Hasan menggunakan perahu Segigir dari Desa Preduan, Sumenep, Madura menuju ke Paiton, Probolinggo. Perahu tersebut milik Bapak Makiyah dan akhirnya Bapak Letkol Chandra Hasan selamat sampai di Paiton Probolinggo.

Foto View beberapa koleksi senjata api di Museum Brawijaya Malang. (Foto: Aliyah/Ketik.com)View beberapa koleksi senjata api di Museum Brawijaya Malang. (Foto: Aliyah/Ketik.com)

Selain itu, ada juga Gerbong Maut yang mana saat itu Belanda melancarkan Agresi Militer Pertama di Kota Bondowoso dan menangkap tokoh-tokoh dan pejuang, kemudian dimasukkan dalam penjara. Tokoh-tokoh dan pejuang ini menurut Belanda sangat berbahaya karena mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi masyarakat luas agar melawan Belanda. 

Saat itu jumlah sampai 100 pejuang yang ada di dalam penjara Kota Bondowoso karena kondisi penuh sesak maka pada tanggal 23 November 1947 akan dipindah ke penjara Kalisosok di Surabaya dengan menggunakan 3 gerbong barang. 

Dalam perjalanan kurang lebih 18 jam, para pejuang tidak dikasih makan dan minum, serta pintu ditutup dan dikunci dari luar. Setelah sampai di Stasiun Wonokromo, Surabaya, ada 46 pejuang meninggal, 11 pejuang sakit payah, 31 sakit ringan, dan 12 pejuang yang sehat. Karena gerbong ini banyak membawa korban atau maut, maka sekarang dinamakan Gerbong Maut.

Untuk perawatan, Museum Brawijaya setiap harinya dilakukan pembersihan. Selain itu, semua koleksi senjata selalu dilap menggunakan minyak senjata agar tetap kelihatan baik dan tidak mudah berkarat. 

Pada Era Modern, Museum Brawijaya juga selalu melakukan upaya untuk memperkenalkan kepada generasi muda tentang koleksi peninggalan para pejuang perang pada zaman sebelum dan setelah kemerdekaan. 

"Kami juga bekerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk sekolah-sekolah melakukan kunjungan ke museum ini, kami selalu aktif untuk terus memperkenalkan kepada generasi muda," jelas Bapak Tabiin selaku Pemandu Museum Brawijaya.

Dalam perjalanan Museum Brawijaya yang sudah lama berdiri, pihak museum berharap agar semua masyarakat Indonesia terutama generasi muda untuk terus mengingat sejarah dengan sering-sering berkunjung ke museum sebagai bentuk menghargai perjuangan para pahlawan.

"Harapan kami, ayo kita ke museum, ayo belajar sejarah, jangan sampai kita melupakan sejarah. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya," harapan Bapak Tabiin untuk seluruh masyarakat Indonesia terutama generasi muda.

"Dengan berkunjung ke museum kita bisa introspeksi diri betapa susahnya pahlawan dahulu melawan penjajah dengan bermodal bambu runcing dan senjata sederhana lainnya mampu melawan senjata modern yang dimiliki penjajah saat itu. Apa yang sudah diraih oleh para pejuang ya otomatis kita pertahankan sampai kapanpun karena itu menyangkut harga diri dari bangsa Indonesia," imbuhnya.

Sebagai generasi muda, semangat mencari ilmu dan mempelajari sejarah perjuangan bangsa menjadi bentuk memajukan bangsa Indonesia.(*)

Tombol Google News

Tags:

museum perjuangan malang Museum Brawijaya Malang museum malang Kota Malang