KETIK, ACEH BARAT DAYA – Langit malam Aceh Barat Daya (Abdya), Jumat 15 Agustus 2025, dipenuhi bintang yang malu-malu. Di halaman Kantor Bupati Kompleks Perkantoran Bukit Hijau, Blangpidie, ratusan pasang mata menatap ke arah barisan putih yang berdiri tegak.
Seragam yang dikenakan pasukan dalam barisan ini licin, sepatu mengkilap, peci dengan lambang burung Garuda pun mantap menapak menutupi ubun-ubun juga kepala. Dan di wajah-wajah muda itu, terpahat kesungguhan yang jarang terlihat di usia belia.
Mereka adalah 68 putra-putri terbaik Abdya, 40 putra dan 28 putri yang malam itu dikukuhkan menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kabupaten Abdya tahun 2025. Dalam beberapa jam, mereka akan tidur dengan perasaan berbeda, sebagai penjaga kehormatan Sang Saka Merah Putih pada detik-detik Proklamasi, 17 Agustus mendatang.
Aldi Ferdiansyah, siswa SMA Negeri Tunas Bangsa, berdiri paling depan. Suaranya menggelegar saat memberi aba-aba, namun tangannya sedikit bergetar. “Deg-degan, tapi bangga,” ujarnya pelan seusai pengukuhan, sembari menarik napas panjang. “Latihan berbulan-bulan rasanya terbayar malam ini.”
Bupati Abdya, Dr Safaruddin memasang pangkat di bahu salah seorang anggota Paskibraka Abdya di Lobi Kantor Bupati Abdya, Kompleks Perkantoran Bukit Hijau, Jumat, 15 Agustus, 2025. (Foto: Darma for Ketik)
Bupati Abdya, Dr. Safaruddin, memandang barisan itu dengan mata yang nyaris berkabut. Saat berdiri di podium, suaranya bergetar di awal, lalu kembali tegas.
“Bendera yang akan dikibarkan bukan sekadar kain. Ia adalah simbol kehormatan, tanda persatuan, dan bukti kemerdekaan yang diperjuangkan dengan darah dan air mata,” katanya.
Safaruddin tahu betul, di balik sikap tegap para anggota Paskibraka, tersimpan cerita-cerita kecil, rasa lelah saat latihan, kaki lecet karena sepatu baru, rindu pada rumah, bahkan air mata yang jatuh diam-diam saat malam menjelang. “Tugas ini berat, namun mulia,” lanjutnya, membuat beberapa pasang mata di barisan tampak berkaca-kaca.
SKPK Abdya menyalami satu persatu anggota Paskibraka Abdya pada malam pengukuhan di Kantor Bupati Abdya, Jumat, 15 Agustus 2025. (Foto: Darma for Ketik)
Salah seorang Paskibraka Abdya pada momen itu mengaku tak kuasa menahan senyum sekaligus haru. Bahkan ia mengaku waktu seleksi dulu dirinya hampir menyerah karena alasan fisik tak kuat.
"Tapi teringat ayah yang selalu bilang, ‘Jangan berhenti di tengah jalan’. Jadi saya bertahan. Malam ini, saya merasa hadiah terbesar adalah bisa melihat beliau tersenyum di bangku penonton,” ujarnya, matanya mencari-cari sosok ayah di kerumunan.
Para orang tua yang hadir pun tak kalah bangga. Seorang ibu bahkan terlihat mengusap air mata ketika putranya menerima ucapan selamat dari Bupati. “Anak saya dulu pemalu, nggak pernah percaya diri. Latihan Paskibraka ini mengubahnya,” bisiknya sambil tersenyum.
Tahun ini, bangsa Indonesia merayakan 80 tahun kemerdekaan. Delapan dekade bukan waktu yang sebentar, namun semangatnya terus diwariskan.
“Tugas kita sekarang bukan merebut kemerdekaan, tapi mengisinya dengan kerja keras,” pesan Bupati. Kata-kata itu seperti meresap ke dada para anggota Paskibraka, yang berdiri seolah mengikat janji pada tanah air.
Pengukuhan ditutup dengan teriakan lantang “MERDEKA!” dari barisan putih itu. Suara mereka menggema di udara malam, melampaui batas halaman kantor bupati, seakan hendak menyapa para pahlawan di alam sana.
Ketika mereka melangkah pulang malam itu, seragam putih masih melekat rapi, tapi di dalam hati, sesuatu telah berubah. Mereka bukan lagi sekadar siswa. Mereka adalah penjaga simbol negara. Penjaga janji kemerdekaan. (*)