KETIK, SURABAYA – Sebagai salah satu kota bersejarah sejak masa kolonial, Surabaya menyimpan banyak kisah penting yang patut dikenang dan dipahami oleh generasi penerus bangsa.
Melalui Museum Surabaya, masyarakat diajak menelusuri perjalanan kota ini dari masa kolonial hingga gambaran Surabaya di masa depan. Museum tersebut berlokasi di lantai 1 Gedung eks Siola, tepatnya di Jalan Tunjungan No. 1–3.
Gedung ini merupakan sebuah bangunan tua bergaya kolonial yang telah berdiri sejak tahun 1877.
Dari luar, fasad gedung Siola masih mempertahankan bentuk aslinya yaitu berdinding tebal, berjendela besar, dan berwarna krem gading yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang kota pahlawan ini dari masa kolonial hingga kemerdekaan.
Museum Surabaya didominasi oleh warna hitam dengan memadukan nuansa sejarah dengan penataan modern yang rapi dan elegan. Penataan ruangnya dibuat modern dan interaktif, dengan layar sentuh dan proyeksi digital yang memudahkan pengunjung memahami sejarah dengan cara yang menyenangkan.
Sebelum masuk ke museum ini, pengunjung harus melakukan registrasi secara online untuk mendapatkan tiket masuk. Dalam proses ini, pengunjung tidak perlu mengeluarkan biaya atau gratis.
Begitu melangkah masuk ke dalam museum, suasana nostalgia langsung terasa. Zona pertama diisi dengan sejarah Surabaya ketika Indonesia masih didominasi oleh kerajaan-kerajaan besar. Di situ dijelaskan asal mula kota pahlawan ini diberi nama Surabaya. Terdapat TV LED yang menampilkan video ilustrasi pertempuran antar kerajaan yang terjadi di Surabaya.
Berjalan ke zona selanjutnya, dijelaskan masa ketika VOC mulai memasuki wilayah Surabaya. Ditampilkan juga mata uang yang dibawa VOC sebagai alat pembayaran yang kemudian diperkenalkan kepada rakyat Indonesia.
Tak hanya menampilkan kisah pada masa penjajahan VOC, museum ini juga mengulas periode ketika Indonesia berada di bawah kekuasaan Jepang. Di zona tersebut, pengunjung dapat melihat tiga patung tentara Jepang dengan seragam berbeda, yang menggambarkan pembagian pasukan pada masa itu.
Selain itu juga terdapat zona yang menampilkan penjelasan transformasi transportasi dari masa ke masa. Mulai dari moda angkutan becak, trem hingga bus dijelaskan secara rinci beserta dengan tahun beroprasinya.
Museum ini juga menampilkan koleksi uang kertas maupun koin sejak masa kolonial hingga masa sekarang. Semua koleksi ditampilkan di dalam vitrin kaca dengan lampu yang terang sehingga menarik perhatian pengunjung.
Tembok Legenda Musisi Surabaya yang terdapat di dalam Museum Surabaya (Foto: Filza Tiarania/Ketik)
Tidak hanya itu, ada satu sudut yang menjelaskan hubungan erat antara tokoh proklamator Ir. Soekarno dengan Kota Surabaya. Foto berukuran besar Presiden pertama Indonesia itu juga ditampilkan di dinding disertai narasi yang menjelaskan alur kehidupannya dari ia lahir hingga menjadi pejuang kemerdekaan.
Ada pula 2 dinding berdampingan yang menampilkan deretan nama musisi asal Surabaya serta foto para jajaran walikota yang pernah memimpin Kota Pahlawan ini pada pigora yang terjejer rapi dan urut berdasarkan masa kepemimpinannya.
Tidak hanya namanya, paras para musisi juga digambar dengan warna hitam putih yang selaras dengan museum.
Pada zona terakhir, ditampilkan harapan dan gambaran Kota Surabaya di masa depan yang ditampilkan menggunakan proyektor.
Museum Surabaya tampak mengedepankan pendekatan naratif dan visual dalam menyampaikan sejarah kota. Setiap ruangan dirancang tematik, dengan kombinasi warna, pencahayaan, dan tata pamer yang direncanakan dengan cermat agar pengunjung tidak sekadar melihat benda, tetapi juga merasakan alur cerita perjalanan Surabaya. Suasananya tidak kaku seperti museum konvensional, melainkan hangat, reflektif, dan membuat pengunjung tenggelam dalam perjalanan waktu kota pahlawan ini.