KETIK, SERANG – Warga yang tinggal di sekitar pabrik peleburan limbah logam, pusat sumber radiasi radioaktif Cesium-137 di Banten hidup dalam rasa waswas.
Kasus ini terdeteksi saat Food and Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat pada pertengahan September menolak produk udang beku asal Indonesia setelah mendeteksi kandungan radioaktif Cs-137.
Setelah dilakukan pelacakan berlapis, jejak kontaminasi mengarah ke satu lokasi, kawasan industri Modern Cikande.
Di kawasan tersebut berdiri PT PMT, sebuah pabrik peleburan baja tahan karat yang memanfaatkan logam bekas (scrap metal) sebagai bahan bakunya.
Dugaan awal menunjukkan bahwa sebagian bahan baku itu telah terkontaminasi Cs-137, isotop radioaktif yang umumnya digunakan dalam peralatan industri seperti level gauge maupun perangkat radiasi medis.
Mulai Senin, 13 Oktober 2025 kasus ini ditingkatkan dari penyelidikan ke penyidikan usai pihak kepolisian melakukan serangkaian pemeriksaan beberapa saksi dan temuan di lapangan. Pihak kepolisian dan Kementerian Lingkungan Hidup masih mencari sumber pencemaran Cesium-137.
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menjelaskan bahwa pihaknya masih menelusuri asal cemaran radioaktif di kawasan industri modern Cikande, dengan fokus pada kemungkinan sumber dari limbah besi atau kebocoran pembuangan di area sekitar.
"Penelusuran sumber Cesium-137 terus dilakukan secara intensif, baik melalui jalur impor besi dan baja bekas maupun dugaan kebocoran limbah dari penggunaan Cesium-137 untuk kepentingan komersial. Kedua kemungkinan ini kini tengah didalami oleh Bareskrim," kata Hanif, Senin, 13 Oktober 2025.
KLH berharap penelusuran dari mana sumber cemaran Cesium-137 ini segera menemui titik terang sejalan dengan penanganan hukum yang dilakukan oleh Bareskrim Polri
"Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama maka segala kemungkinan bisa dilakukan dengan cermat," katanya. (*)