KETIK, GRESIK – Warga Desa Banyutengah, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik mencopoti dua ban belakang mobil siaga desa setempat. Aksi ini akibat kekesalan mereka akibat meninggalnya seorang warga bernama Fatkul Hadi gara-gara kesulitan mendapatkan akses mobil siaga dalam kondisi darurat. Kejadian itu viral di media sosial.
Insiden itu memicu amarah warga. Mereka beramai-ramai meluruk balai desa, Minggu siang 29 Juni 2025 dan melampiaskan protes dengan mencopoti ban mobil siaga. Menurut warga, pelayanan mobil siaga selama ini tidak transparan dan lamban dalam merespons situasi darurat.
Korban sempat dibawa ke Puskesmas Prupuh menggunakan motor roda tiga jenis tosa milik warga. Namun, nyawanya tak tertolong saat dirujuk ke RSUD Ibnu Sina Gresik.
Warga dan keluarga korban kembali mendatangi Balai Desa Banyutengah pada Senin siang 30 Juni 2025. Suasana audiensi yang memanas memicu aksi lempar kursi meski akhirnya dapat dapat diredam.
Kepala Desa Banyutengah, Fadloli, kepada Ketik pada Selasa 1 Juli 2025, di Kantor Balai Desa melakukan klarifikasi terkait keberadaan mobil siaga. Menurutnya mobil itu memang untuk warga masyarakat yang membutuhkan. Dan kejadian ini hanya miskomunikasi saja.
Fadloli menjelaskan, pada Sabtu malam 28 Juni 2025, sekitar pukul 24.00 WIB, ada pihak pasien yang menanyakan mobil siaga ke salah satu perangkat desa dan disarankan menghubungi kepala desa. Sebab untuk melepaskan mobil siaga itu wewenang kepala desa, dan kuncinya ada di balai desa.
"Karena sampai saat ini kami belum memiliki sopir khusus untuk menjalankan mobil siaga maupun mobil sehat milik desa tersebut," Katanya.
Namun ternyata pihak keluarga pasien tidak menghubungi maupun mendatangi kepala desa. Seandainya mereka menghubunginya langsung atau ke rumah Kades pasti akan diantarkan sendiri berobat ke puskesmas atau rumah sakit saat itu juga.
akhirnya mereka meminjam kendaraan motor tosa ke warga untuk dibawa ke puskesmas dan ditangani. Karena kondisi pasien darurat lalu dirujuk ke RSUD Ibnu Sina menggunakan mobil ambulance puskesmas. Dan Minggu siang 29 Juni 2025, pasien warga Fatkul Hadi telah meninggal dunia di RSUD Ibnu Sina Bunder.
"Begitu pasien meninggal kemudian warga meluapkan emosinya ke pihak Pemerintah Desa padahal keluarga korban tidak menyalahkan Pemerintah Desa, karena pasien meninggal karena sakit, " ujarnya.
"Ini sebenarnya hanya miskomunikasi antara pihak peminjam kendaraan siaga dengan pemerintah desa. Dimana warga menyangka pemerintah desa mempersulit atau lamban dalam memberikan layanan mobil siaga kepada warga yang membutuhkan tersebut, padahal tidak," imbuhnya.
Fadloli melanjutkan Di Desa Banyutengah, sebenarnya ada 5 unit mobil siaga, 2 unit milik Bainul Zahid, 1 unit milik NU dan milik desa sendiri ada 2 unit. Sebenarnya tidak ada kendala menggunakan fasilitas mobil siaga itu.
Kades Banyutengah, Fadloli menyampaikan kepada warga desa setempat, apabila membutuhkan mobil siaga bisa langsung menghubungi kepala desa. Jikalau tidak ada mobil sehat/siaga pasti pemerintah desa akan mengupayakan menggunakan mobil lainnya untuk melayani warga secara gratis.
Sementara atas hasil audiensi warga pendemo dengan pihak desa saat itu di balai desa Banyutengah pada Senin 30 Juni 2025, meski ada kendala namun akhirnya sepakat damai.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Banyutengah Mohammad Nasir menjelaskan bahwasannya hasil kesepakatan pertemuan dengan warga pada Senin kemarin 30 Juni 2025, kunci mobil siaga akan di pegang satu orang yang ditunjuk.
"Sehingga apabila ada warga sakit bisa langsung menghubungi orang tersebut (sopir) untuk mengantarnya ke puskesmas atau rumah sakit saat itu juga," ujarnya.
Nasir mengungkapkan bahwa warga yang meninggal dunia itu merupakan tetangganya. Yaitu Fatkul Hadi (30) RT 8 RW4 Desa Banyutengah itu meninggal dunia karena sakit saat berada di RSUD Ibnu Sina.(*)