KETIK, SURABAYA – Ada yang menarik di peringatan Hari Guru Nasional dan Hari Aksara Internasional Jawa Timur tahun 2025 di Grand City Surabaya, Senin, 1 November 2025. Stan donor darah menjadi ruang pertemuan tak terduga antara tenaga kesehatan dan para pendidik dari berbagai daerah.
Dokter Sheren, petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Surabaya, menjelaskan bahwa hadirnya stan ini merupakan bagian dari agenda resmi yang ditugaskan kepada timnya.
“Ini memang sudah jadwal dari PMI Surabaya. Menargetkan 100 orang pendonor,” ujarnya.
Hingga siang hari, ada 13 pendonor yang sebagian besar merupakan para guru.
Meski begitu, ia tetap mengajak masyarakat rutin donor darah karena manfaat kesehatannya.
“Kalau kita donor darah semakin sering, darahnya juga akan semakin baru, semakin sehat,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kondisi tubuh sebelum mendonor. Menurutnya, pendonor sebaiknya tidak kelelahan karena kondisi tersebut dapat memengaruhi tekanan darah maupun kadar Hemoglobin (Hb).
Jika tensi terlalu tinggi atau Hb terlalu rendah, proses donor tidak dapat dilakukan. Karena itu, ia menegaskan bahwa asupan nutrisi terutama yang kaya zat besi menjadi kunci agar tubuh tetap stabil dan layak mengikuti donor darah secara rutin.
Rosie Ardiansyah Putra, Kepala SDN 5 Wonosobo, Banyuwangi saat mendonorkan darahnya di stan donor darah PMI Surabaya pada acara peringatan Hari Guru Nasional dan Hari Aksara Internasional Jawa Timur 2025 di exhibition hall Grand City Surabaya, Senin, 1 November 2025. (Foto: Frederico/Ketik)
Sementara itu, salah satu pendonor, Rosie Ardiansyah Putra, Kepala SDN 5 Wonosobo, Banyuwangi, mengatakan bahwa ia datang ke Surabaya sejak malam sebelumnya dan memutuskan ikut mendonorkan darah.
“Ya, untuk menjaga kesehatan. Sudah cukup sering saya donor,” tuturnya.
Baginya, kegiatan ini penting untuk terus digiatkan terutama saat acara berskala besar.
“Perlu ditingkatkan tiap acara besar, kalau banyak kegiatan donor darah lebih bagus,” harapnya.
Ia juga menilai donor darah bisa menjadi edukasi kepedulian di dunia pendidikan.
Rosie menilai bahwa kegiatan donor darah sangat penting jika dilakukan di tingkat SMA, karena dapat menjadi ruang edukasi kepedulian sejak dini sekaligus membantu sesama yang membutuhkan darah.
Dari suara seorang dokter hingga suara guru dari ujung daerah, stan donor darah menegaskan bahwa kemanusiaan bukan hanya program kesehatan tetapi juga praktik kepedulian yang menyatukan banyak profesi dalam satu tujuan, berbagi kehidupan. (*)
