Gunakan Pendekatan Fisika, Kreator Konten Bongkar Klaim Pejabat Kemenhut Soal Kayu Hanyut di Banjir Sumatera

3 Desember 2025 07:19 3 Des 2025 07:19

Thumbnail Gunakan Pendekatan Fisika, Kreator Konten Bongkar Klaim Pejabat Kemenhut Soal Kayu Hanyut di Banjir Sumatera
Kondisi pascabanjir wilayah di Desa Hotagodang , Batangtoru, Tapanuli Selatan pada Minggu (30/11). Ribuan gelondongan kayu ikut hanyut dalam bencana ini. (Foto: Humas BNPB RI)

KETIK, JAKARTA – Matematikawan Institut Teknologi Bandung, Alif Hijriah, membongkar klaim pejabat Kementerian Kehutanan soal asal ribuan gelondongan kayu yang ikut hanyut bersama banjir di Pulau Sumatera. Dengan menggunakan pendekatan ilmiah, ia membuktikan klaim tersebut salah.

Melalui akun instagramnya, @aliftowew, Alif membandingkan massa jenis kayu berdasar lama waktu ditebangnya. Ia menyebut, kayu yang lebih lama ditebang memiliki massa jenis lebih kecil, akibat kadar air yang telah berkurang.

Berkurangnya kadar air ini membuat kayu yang telah lama ditebang mengapung di air. Sementara, kayu yang baru ditebang akan melayang di air.

Kemudian, dengan asumsi tersebut, Alif membandingkan dengan sejumlah gambar gelondongan kayu, yang ikut terhanyut bersama banjir di Sumatera. Tampak dalam gambar-gambar yang banyak beredar tersebut, sebagian besar kayu yang ikut hanyut tersebut mengapung. 

"Kemungkinan, ini berarti pohon yang sudah lama, karena massa jenisnya sudah turun," tutur Alif, dalam unggahannya pada 1 Desember 2025 tersebut.

Alif pun membandingkan bentuk dan jenis pohon yang ada di hutan dengan gelondongan kayu yang hanyut. Ia menyebut, di hutan, jenis pohon beragam. Sementara, gelondongan kayu yang hanyut memiliki bentuk seragam dan potongan yang rapi.

"Kondisinya bersih, tidak ada dahan dan ranting. Kulit kayunya juga sudah terkelupas. Jadi, kemungkinan tidak alami," tuturnya.

Pendiri bimbingan belajar daring Cerebrum.id ini juga menghitung statistik kayu yang hanyut. 

Alif mengasumsikan volume gelondongan kayu tersebut ada tiga ribu batang, dengan diameter 70 sentimeter dan panjang empat meter. Dengan perhitungan matematika diketahui bahwa volume gelondongan kayu yang hanyut mencapai 4620 meter kubik.

Data ini kemudian dibandingkan dengan data bahwa di Sumatera, rata-rata hutan adalah hutan sekunder dengan kerapatan pohon 80 sampai 200 pohon per hektar. 

"Artinya, luas hutan yang rusak mencapai 23,1 sampai 57,7 hektare, atau sekitar 80 lapangan sepak bola. Nah, ada nggak sih laporan longsor seluas 57,7 hektare di hulu, sehingga tiga ribu pohon ini hanyut semua akibat banjir?" tutupnya.


 

Tombol Google News

Tags:

banjir sumatera aliftowew alif hijriah