KETIK, PACITAN – Upaya pengusulan KH. Hamid Dimyathi dari Pondok Pesantren Tremas, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan untuk meraih gelar Pahlawan Nasional (GPN) belum membuahkan hasil pada tahun ini.
Meski demikian, Pemerintah Kabupaten Pacitan melalui Dinas Sosial (Dinsos) memastikan proses pengusulan akan terus dilanjutkan.
Sekretaris Dinsos Pacitan, Luky Puspitosari mengatakan, hingga kini pihaknya belum menerima surat resmi dari Kementerian Sosial terkait hasil penilaian maupun kekurangan berkas pengusulan.
“Belum ada surat dari Kemensos, mas. Biasanya nanti akan disampaikan apa kekurangannya,” ujar Luky, Senin, 10 November 2025.
Ia menjelaskan, proses pengusulan gelar Pahlawan Nasional dilakukan secara bertahap dan setiap tahun selalu dievaluasi oleh pemerintah pusat.
“Setiap tahun yang lolos maupun tidak akan diberitahu, termasuk kekurangannya apa saja. Kalau belum lolos di tahun berjalan, Dinsos Pacitan melalui Dinsos provinsi akan membuat rekomendasi usulan kembali,” jelasnya.
Luky menambahkan, Gubernur Jawa Timur pada tahun 2023 telah menerbitkan surat rekomendasi bernomor 400.9.15.1/47285/107.3.06/2023 sebagai bentuk dukungan terhadap pengusulan KH. Hamid Dimyathi untuk menerima gelar Pahlawan Nasional.
“Pemerintah provinsi sudah memberikan dukungan dan merekomendasikan beliau. Jadi pengusulan KH. Hamid Dimyathi dari Pacitan agar diakui sebagai Pahlawan Nasional akan tetap berlanjut,” ujarnya.
KH. Hamid Dimyathi dikenal sebagai ulama kharismatik dari Pondok Pesantren Tremas yang memiliki pengaruh besar dalam pendidikan dan dakwah Islam di Pacitan dan sekitarnya.
Sebagai informasi, tahun 2025 ini pemerintah menetapkan sepuluh tokoh sebagai penerima gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 116/TK Tahun 2025. Mereka adalah:
- Abdurrahman Wahid (Gus Dur) – Jawa Timur
- Jenderal Besar TNI Soeharto – Jawa Tengah
- Marsinah – Jawa Timur
- Mochtar Kusumaatmadja – Jawa Barat
- Hajjah Rahma El Yunusiyyah – Sumatera Barat
- Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo – Jawa Tengah
- Sultan Muhammad Salahuddin – Nusa Tenggara Barat
- Syaikhona Muhammad Kholil – Jawa Timur
- Tuan Rondahaim Saragih – Sumatera Utara
- Zainal Abisin Syah – Maluku Utara.(*)
