KETIK, SURABAYA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan langkah antisipasi menghadapi cuaca ekstrem yeng diperkirakan terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.
Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto dalam siaran pers diterima di Surabaya, Senin, 15 September 2025, pihaknya tidak ingin banjir seperti di Bali maupun Nusa Tenggara Timur juga terjadi di wilayah lain di Tanah Air.
Salah satu upaya antisipasi melalui arahan agar operasi modifikasi cuaca dilakukan sebagai langkah mitigasi dan antisipatif dalam menghadapi potensi risiko cuaca ekstrem tersebut.
"Kami sudah berkoordinasi dengan BMKG, curah hujan tinggi akibat gelombang Rossby dan Kevin sudah tidak di area Bali, namun bergeser ke arah barat yaitu sekitar wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat,” ujarnya.
Saat ini, kata dia, juga sedang dilakukan koordinasi dengan para kepala daerah di wilayah tersebut untuk langkah kesiapsiagaan dan antisipasi dengan operasi modifikasi cuaca.
Operasi modifikasi cuaca dilakukan dengan menebarkan bahan semai berupa Natrium Klorida (NaCl) maupun Kalsium Oksida (CaO) untuk meredistribusi curah hujan agar hujan deras tidak turun di wilayah padat penduduk, namun turun di wilayah perairan.
Harapannya, banjir besar seperti yang terjadi di wilayah Provinsi Bali dan NTT akibat cuaca ekstrem pada dasarian pertama Bulan September lalu tidak terjadi di wilayah lainnya.
Sebagaimana diketahui, banjir besar melanda wilayah Bali dan NTT pada pekan lalu. Petaka itu telah menyebabkan 23 korban jiwa meninggal dunia, 8 orang hilang, 3 orang luka-luka, serta lebih dari 11 ribu jiwa terdampak.
Tak itu saja, sebanyak lebih dari 300 rumah mengalami kerusakan mulai dari rusak ringan hingga hanyut.
Bencana yang berdampak signifikan itu dipicu oleh cuaca ekstrem akibat pengaruh dari adanya aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuator, gelombang Kelvin, dan Madden Julian Oscillation (MJO) yang melintas di barat wilayah Indonesia.
Meski penanganan darurat bencana di Bali dan NTT mulai terkendali dan kini memasuki masa transisi pemulihan, namun fenomena atmosfer yang membawa potensi cuaca ekstrem telah bergeser mendekati wilayah Jawa Timur hingga Jawa Barat. (*)