KETIK, KEDIRI –
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kediri terus memperkuat upaya pengendalian inflasi pangan, khususnya dari sisi hulu, dengan menghadirkan program cabai off season yang ramah lingkungan.
Program ini digagas untuk memastikan pasokan cabai tetap lancar sehingga harga komoditas yang kerap memicu inflasi di momen tertentu bisa tetap stabil.
Program ini menggabungkan teknologi pertanian, adaptasi terhadap perubahan iklim, serta pendampingan intensif bagi para petani. Langkah ini menjadi salah satu upaya BI Kediri dalam mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Dengan pendekatan tersebut, BI tidak hanya fokus menjaga stabilitas harga di sisi hilir, tetapi juga meningkatkan produktivitas di hulu sekaligus mendorong efisiensi usaha tani.
“Fluktuasi harga cabai yang kerap terjadi saat off season disebabkan oleh menurunnya pasokan. Oleh karena itu, Bank Indonesia mendorong edukasi dan pendampingan teknis agar petani mampu berproduksi secara berkelanjutan meskipun di luar musim, dengan cara yang adaptif terhadap iklim dan efisien secara biaya,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Yayat Cadarajat, Kamis, 6 November.
Program bertajuk “Pelatihan Cabai Off Season Ramah Lingkungan: Integrasi Teknologi dan Ketahanan Iklim Petani” yang digelar pada Juli lalu melibatkan berbagai pihak. Kegiatan ini melibatkan Balai Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) wilayah Kediri, Yayasan Ansa Semarang, hingga BMKG Dhoho Kediri.
“Melalui pelatihan ini, para peserta mendapatkan edukasi mengenai teknik budidaya cabai di luar musim tanam (off season) dengan pendekatan pertanian ramah lingkungan yang menekankan penggunaan pupuk organik, pestisida nabati dan NPK dari bahan organik,” imbuhnya.
Yayat menambahkan, sebagai tindak lanjut pelatihan tersebut, BI Kediri menghadirkan demonstration plot (demplot) seluas 200 Ru di Kabupaten Kediri.
Bekerja sama dengan Dinas Pertanian setempat dan pemangku kepentingan lain, demplot ini menjadi sarana praktik langsung bagi petani.
Di sini, mereka bisa menerapkan teknik budidaya ramah lingkungan menggunakan bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah sekaligus produktivitas tanaman.
“Serta pemanfaatan informasi terkait iklim agar petani mampu mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengubah dan mengarahkan sistem pertanian agar efektif dengan mempertimbangkan variabel prediksi cuaca dan iklim. Seluruh proses budidaya dilakukan dengan pendampingan intensif dari tenaga profesional,” jelasnya.
Yayat menjelaskan, sebagai buah dari pelatihan dan pendampingan, pada Rabu, 5 November digelar Panen Raya Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan SLPHT Cabai Off Season di Kabupaten Kediri.
Acara ini dihadiri perwakilan Kementerian Pertanian RI, yakni Mutiara Sari, S.T.P, PhD mewakili Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, serta Wita Khairia, SP, M.Si., mewakili Direktur Perlindungan Hortikultura, bersama jajaran dinas terkait.
Yayat menekankan, panen raya ini menjadi bukti nyata keberhasilan sinergi berbagai pihak dalam menjaga pasokan cabai sekaligus menekan risiko inflasi komoditas pangan strategis.
“Ke depan, BI Kediri berkomitmen untuk memperluas program pelatihan cabai off season ramah lingkungan di wilayah kerja. Pendekatan ini diharapkan dapat direplikasi oleh daerah lain sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan daerah, menjaga stabilitas harga, serta meningkatkan kesejahteraan petani,” pungkasnya.
