KETIK, SURABAYA – Di tengah derasnya arus teknologi, Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) Jawa Timur melangkah maju.
Organisasi yang menaungi para qari, ahli, dan penghafal Al-Qur’an itu resmi menggandeng Pesantren Digipreneur Al-Yasmin, Surabaya, untuk mengembangkan pembelajaran Al-Qur’an berbasis digital.
Kolaborasi ini diresmikan dalam Rapat Koordinasi JQHNU Jatim yang dihadiri 74 peserta dari 45 cabang se-Jawa Timur, Minggu 10 Agustus 2025 bertempat di Pesantren Al-Yasmin.
Ketua Dewan Organisasi JQHNU Jatim, Drs. HA Ahid Sufiyaji SQ MSi menyebut pertemuan ini sekaligus menjadi momentum penandatanganan kerja sama digitalisasi pembelajaran Al-Qur’an.
“Sebagai banom NU, kami memiliki metode pembelajaran Al-Qur’an bernama Tartila. Namun, sosialisasinya masih terbatas. Di era digital ini, kami membutuhkan terobosan,” ujarnya.
Pesantren Al-Yasmin, yang dikenal dengan pendekatan digipreneur-nya menyambut ajakan itu. Pengasuh Al-Yasmin, H. Helmy M Noor menilai kolaborasi ini sejalan dengan kebutuhan zaman.
“Metode Tartila itu khas dan bagus, tapi memang minim pengenalan dan pelatihan. Sosialisasi virtual sudah bukan pilihan, melainkan keharusan,” ungkap Helmy.
“Selain itu, qari dan qari’ah dengan suara merdu juga bisa kita kenalkan secara digital melalui podcast atau pelatihan daring," imbuhnya.
Rais Majelis Ilmi JQHNU Jatim, KH Dzul Hilmi Al-Ghozali, menegaskan pentingnya kebersamaan.
“Kita di sini adalah anak, sedangkan PBNU adalah bapak. Maka kita harus patuh,” pesannya di hadapan peserta rakor.
Melalui kemitraan ini, JQHNU Jatim dan Pesantren Al-Yasmin berkomitmen tidak hanya melestarikan metode Tartila, tetapi juga membuka jalan dakwah Al-Qur’an yang menjangkau generasi digital. (*)
