KETIK, SURABAYA – Sejarah mencatat Israel memiliki dua mantan perdana menteri bernasib tragis. Keduanya adalah Yitzhak Rabin dan Ariel Sharon.
Diketahui, Yitzhak Rabin adalah satu-satunya mantan perdana menteri Israel yang bersedia mengulurkan tangan bersalaman dengan pemimpin pembebasan Palestina (PLO) Yasser Arafat. Dia berkuasa selama 1992-1995. Namun, dia tewas ditembak warga Yahudi Radikal.
Sementara Ariel Sharon punya julukan 'Penjagal Beirut' karena aksi kejamnya terhadap pengungsi Palestina di Sabra dan Satila. Sharon berkuasa pada 2001-2006.
Yitzhak Rabin tewas ditembak Yahudi radikal
Rabin memerintah Israel dua periode, 1974-1977 dan 1992-1995. Sebagai militer karier dan pernah terlibat berbagai pertempuran termasuk pertempuran enam hari (1967), dia punya sikap keras terhadap warga Palestina termasuk PLO. Menurut Britanica, dia punya reputasi agresif terhadap keamanan negaranya dan wilayah pendudukan.
Pada 1988 ketika menjadi petinggi militer, dia yang bertanggungjawab menghentikan aksi intifada, serangan anak-anak muda Palestina terhadap tentara Israel.
Intifada dikenal sebagai serangan menggunakan batu dan sangat merepotkan tentara Israel. Seperti biasa, Israel melawannya dengan senjata mematikan hingga memakan korban nyawa.
Namun selama bertahun-tahun, aksi ini tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Hingga Rabin menjadi PM pada 1992, sikapnya mulai melunak. Baginya, pemberontakan anak muda Palestina tidak bisa dilawan dengan senjata. Dia pun memberi tahu sesama anggota Partai Buruh, partainya saat terpilih jadi PM.
"Saya telah belajar sesuatu dalam dua setengah bulan terakhir. Di antaranya, bahwa Anda tidak dapat memerintah dengan paksa atas satu setengah juta warga Palestina," kata Rabin dilansir CNN.
Setahun kemudian, muncul tawaran perdamaian antara Israel dan Palestina yang diinisiasi Amerika Serikat di bawah Bill Clinton. Perjanjian yang ditandatangani di Gedung Putih pada 13 September 1993 itu secara garis besar menyepakati masing-masing pihak untuk mengakhiri konflik. Kesepakatan ini disebut Perjanjian Oslo I.
Mengutip Al Jazeera, kesepakatan kedua, yang dikenal sebagai Oslo II, ditandatangani pada September 1995 dan membahas lebih rinci tentang struktur badan-badan yang seharusnya dibentuk oleh proses perdamaian.
Artinya, ada kesepahaman untuk penentuan nasib sendiri bangsa Palestina, dalam bentuk negara Palestina di samping Israel. Ini berarti bahwa Israel, yang dibentuk di tanah Palestina yang bersejarah pada tahun 1948 dalam sebuah peristiwa yang dikenal oleh warga Palestina sebagai Nakba, akan menerima klaim Palestina atas kedaulatan nasional.
Foto kedua pemimpin itu berjabat tangan disaksikan Bill Clinton mewarnai hampir seluruh halaman utama media di dunia. Salah satu sesi yang oleh banyak wartawan dilaporkan awalnya tampak canggung tapi kemudian mereka bisa saling mendekat dan tersenyum.
Namun nahas, dua bulan setelah perjanjian Oslo II saat warga Israel dan Rabin merayakan perjanjian itu, seorang mahasiswa Yahudi radikal, Yigal Amir, melesakkan peluru hingga menembus punggung dan merobek limpa Rabin hingga tewas. Rabin meninggal malam itu juga, 4 November 1995, di Kings of Israel Square di Tel Aviv (sekarang menjadi Rabin Square).
Ariel Sharon Sekarat 8 Tahun
Ariel Sharon adalah PM Israel yang menginisiasi pembantaian terhadap warga Palestian di pengungsian Sabra dan Satila, Lebanon pada 1982.
Kala itu Sharon duduk sebagai Menteri Pertahanan. Pembantaian Sabra dan Satila terjadi pada 16-18 September 1982, dengan kepungan milisi Falangis Lebanon dibantu tentara Israel selama 48 jam nonstop, menelan korban tewas sekitar 3.000-3.500 warga sipil.
Situs Institute for Middle Eas Understanding (IMEU) membeberkan peristiwa mengerikan ini. Situs itu membeberkan pembantaian ini terjadi selama invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982 setelah tentara pendudukan Israel mengepung kamp tersebut.
Meskipun yang melakukan pembantaian tersebut sebenarnya adalah milisi Lebanon, namun militer Israel lah yang memberikan perlindungan dan memfasilitasi misi mereka. Milisi Israel menembaki siapa saja yang bergerak di gang-gang dan membunuh seluruh keluarga saat mereka makan malam setelah mendobrak pintu rumah mereka.
Banyak yang terbunuh di tempat tidur saat mereka tidur, dan kemudian ditemukan di banyak apartemen anak-anak yang berusia tidak lebih dari tiga dan empat tahun, basah kuyup dalam piyama mereka dan selimut mereka berlumuran darah.
Dalam banyak kasus, para penyerang memotong organ tubuh korban mereka sebelum mengeksekusi mereka. Mereka membenturkan kepala beberapa bayi ke dinding. Para wanita diperkosa sebelum mereka dibunuh. Para pria diseret dari rumah mereka dan dieksekusi di jalan.
Tak ada hukuman bagi para pelaku kejahatan ini. Bahkan, Sharon terpilih sebagai PM Israel pada 2001 silam. Selang empat tahun kemudian, dia mengalami stroke ringan hingga dirawat di rumah sakit Yerusalem.
Namun, semakin lama semakin parah hingga mengalami koma selama delapan tahun. Sharon kemudian dipindahkan ke fasilitas perawatan jangka panjang di rumah sakit Tel Hashomer.
Selama koma, Sharon tergantung pada mesin dan peralatan kesehatan di tubuhnya hingga akhirnya tewas pada 11 Januari 2014. Sebutan "Penjagal dari Beirut" tetap melekat hingga kematiannya.(*)