Workcation: Liburan Sambil Kerja, Produktif Tanpa Burnout!

25 Oktober 2025 05:00 25 Okt 2025 05:00

Thumbnail Workcation: Liburan Sambil Kerja, Produktif Tanpa Burnout!
Ilustrasi workcation (Foto: pexels)

KETIK, SURABAYA – Ketika pekerjaan tak pernah berhenti, tubuh dan mental perlahan ikut lelah. Namun, jika liburan tak diselingi kerja, saldo tabungan pun bisa menipis tanpa terasa. Maka, sekarang muncul fenomena baru: workcation

Workcation adalah fenomena dimana seseorang sedang berlibur, namun masih tetap bekerja di sela liburannya. Seperti namanya, workcation adalah gabungan dari ‘work’ (bekerja) dan ‘vacation’ (liburan).

Bekerja sambil berlibur terdengar seperti solusi ideal untuk mencari keseimbangan. Namun di balik pemandangan indah dan laptop yang selalu menyala, muncul pertanyaan: apa yang mendorong tren ini?

Pertama, hal ini dipicu oleh pandemi yang mempercepat adopsi model kerja jarak jauh (remote) dan hybrid, yang memberi kebebasan lokasi lebih besar. Seperti yang kita tahu, pada masa pandemi muncul istilah seperti work from home (WFH) dan work from anywhere (WFA) yang kemudian menjadi gaya kerja baru bagi banyak orang.

Lalu, tekanan akibat kelelahan kerja (burnout) juga semakin dirasakan oleh banyak pekerja.

Menurut laporan Asana, pada tahun 2020 hampir 87% karyawan di seluruh dunia sering terlambat menyelesaikan pekerjaan, menunjukkan bahwa sistem kerja kantor konvensional belum sepenuhnya efektif dan sekitar 71% knowledge workers (pekerja pengetahuan) mengalami burnout

Dengan kondisi tersebut, workcation tampil sebagai solusi alternatif yang menjanjikan keseimbangan antara produktivitas dan relaksasi.

Dari dampak positifnya, banyak pekerja yang merasakan bahwa kondisi baru ini memang dapat memberi manfaat: lokasi yang berbeda bisa menyegarkan pandangan, ide yang muncul jauh lebih fresh, dan rutinitas monoton kantor bisa diganti dengan suasana baru. 

Namun, seperti banyak tren menarik lainnya, workcation juga memiliki dampak lain yang membutuhkan pertimbangan matang. Misalnya, kita tetap harus menyelesaikan pekerjaan sesuai deadline, menghadiri rapat daring, dan menjaga komitmen. Jadi, meskipun di pantai atau pegunungan, laptop harus tetap ‘hidup’ dan harus terus dalam keadaan online jika sewaktu-waktu ada pesan baru dari rekan kerja. 

Kemudian, faktor eksternal seperti koneksi internet yang stabil, perbedaan zona waktu, dan lokasi yang cocok untuk bekerja juga sangat penting.

Dilansir dari OCBC NISP, tanpa adanya manajemen waktu yang baik dan fasilitas yang mendukung, workcation justru bisa menurunkan produktivitas.

Hal ini berarti bahwa jika batas antara kerja dan istirahat tidak diatur dengan jelas, bekerja sambil berlibur justru bisa menambah stres, bukan menguranginya.

Akhirnya, apakah workcation dapat menjadi solusi? Jawabannya: bisa, jika dijalankan dengan batasan yang jelas dan sesuai karakter pekerjaan, workcation bisa menjadi bagian dari strategi kehidupan kerja yang lebih fleksibel. Namun, jika kita terlalu sering berpindah lokasi tanpa benar-benar berhenti, maka kerja dan liburan bisa bercampur hingga kita tidak dapat merasakan istirahat yang sebenarnya.

Jadi, bagaimana dengan sobat Ketikers? Pernah mencoba workcation atau justru jadi tertarik untuk mencobanya suatu hari nanti?

Tombol Google News

Tags:

Workcation Bekerja liburan Lifestyle Work Vacation Daily life pekerjaan