Prof. Sukadiono! Ketua Muhammadiyah Jatim Raih Guru Besar, Beri Bukti Pendidikan Tak Kenal Lelah

23 Agustus 2025 18:13 23 Agt 2025 18:13

Thumbnail Prof. Sukadiono! Ketua Muhammadiyah Jatim Raih Guru Besar, Beri Bukti Pendidikan Tak Kenal Lelah
Prof Sukadiono (kiri) menyandang gelar Guru Besar Fisiologi Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), Sabtu, 23 Agustus 2025. (Foto: Khaesar/Ketik)

KETIK, SURABAYA – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Prof Sukadiono menyandang resmi gelar Guru Besar Fisiologi Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya).

Kesibukan sebagai Deputi II Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia tidak membuat dirinya peduli dengan pendidikan hingga memperoleh gelar guru besar.

"Proses ini sudah dilakukan sejak Januari serta berbagai tahapan dan baru kali ini saya mendapatkan guru besar ini," ujar Sukadiono usai penyematan Guru Besar di UMSurabaya, Sabtu, 23 Agustus 2025.

Pengukuhan sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga di UM Surabaya menandai puncak akademik. Namun, bagi pria yang akrab disapa Dokter Suko tersebur, puncak hanyalah tempat melihat lebih jauh, bukan berhenti.

“Guru Besar bukan akhir, melainkan awal babak pengabdian yang lebih luas—untuk ilmu pengetahuan, umat, dan Indonesia,” jelasnya.

Ketik Media mencoba mengemas profil Suko yang mana saat remaja bermimpi menjadi insinyur di Institut Teknologi Bandung, namun takdir justru mengantarnya ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Dari pilihan yang semula tampak berbeda arah itulah, sebuah perjalanan besar dimulai. Perjalanan yang kini menempatkannya sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga Fakultas Kedokteran (UMSurabaya) dan pemimpin dengan jejak panjang di Muhammadiyah maupun negeri.

Sukadiono lahir di Njuwet Kedunglosari, Tembelang, Jombang pada 18 Desember 1968. Suko, sapaan akrabnya, tumbuh ditempa tiga lapangan seperti lapangan bola, lapangan dakwah, dan lapangan ilmu.

Dari sang ayah yang mantan pemain bola, dia mewarisi cinta pada olahraga; dari para guru dan tokoh kampung, ia belajar bahwa ilmu dan adab berjalan seiring.

Suko menamatkan SD di Negeri 1 Kedunglosari, beranjak ke SMP Negeri 1 Jombang, lalu SMA Negeri 2 Jombang.

Cita-cita masa remajanya jelas: menjadi insinyur di Institut Teknologi Bandung. Namun, sebagaimana kerap terjadi dalam hidup, takdir menawarkannya persimpangan.

Atas arahan ayah, haluan itu berbelok ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga pilihan yang mula-mula terasa berbeda dari mimpi, tetapi kelak justru menjadi jalan pengabdian yang paling pas.

Di FK Unair, Suko tidak hanya belajar anatomi dan fisiologi. Dia mengasah kepemimpinan di berbagai organisasi kepemudaan dan menghidupkan Remaja Masjid Jenderal Sudirman.

Sejak 1996, ia diamanahi sebagai Ketua Takmir Masjid Jenderal Sudirman Darmawangsa Surabaya tugas yang menguji konsistensi ibadah, kepekaan sosial, dan kemampuan merawat komunitas.

Menjelang kelulusan, ia menikah dengan Hindayati. Dari rumah tangga itu lahir tiga buah hati Fakhrizan, Akmal Zidan, dan Nisrina yang menjadi pelengkap kebahagiaan sekaligus sumber energi untuk setiap lompatan karier dan amanah.

Gelar Sarjana Kedokteran dan Profesi dokter tak membuatnya berhenti. Suko melanjutkan Magister Manajemen di Universitas Narotama membekali diri dengan sudut pandang manajerial lalu menapaki puncak akademik pada 2012: Doktor Ilmu Keolahragaan (Universitas Negeri Surabaya) dengan predikat cumlaude.

Fisiologi olahraga menjadi “rumah ilmiah” baginya mengkaji tubuh, daya tahan, dan performa manusia kelak menyatu dengan kepeduliannya pada atlet dan ekosistem olahraga kampus.

Foto Mulai menteri, Ketua Umum PP Muhammadiyah hingga Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi turut hadir dalam pengukuhan guru besar Sukardiono, Sabtu, 23 Agustus 2025. (Foto: Khaesar/Ketik)Mulai menteri, Ketua Umum PP Muhammadiyah hingga Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi turut hadir dalam pengukuhan guru besar Sukardiono, Sabtu, 23 Agustus 2025. (Foto: Khaesar/Ketik)

 

Menerima amanah, dari klinik ke rumah sakit, dari fakultas ke rektorat

Karier profesional Suko dimulai di Poliklinik Universitas Putra Bangsa Surabaya, bersamaan dengan kepercayaan mengelola Klinik Cita Husada Kedung Asem.

Tahun 2001 menjadi tonggak penting: ia diamanahi menjadi Direktur Akademi Keperawatan dan Akademi Analis Kesehatan UM Surabaya.

Setahun berselang, dia dipercaya memimpin Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya level tanggung jawab yang menuntut ketegasan, empati, dan kemampuan menata layanan kesehatan.

Kemampuan manajerial dan ketekunan akademik itu mengantarnya ke jabatan Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (2005–2012).

Lalu, pada 2012, amanah yang lebih besar datang, yakni Rektor UM Surabaya. Tiga periode berturut-turut hingga akhir 2024, ia menafsirkan jabatan bukan semata kursi, melainkan kerja kolektif untuk tumbuh bersama.

Di bawah kepemimpinannya, UM Surabaya berlari cepat dan mencitrakan diri sebagai “Kampus Sejuta Inovasi”. Salah satu terobosannya bermitra dengan Persebaya, salah satu klub sepak bola terbesar di Indonesia. Langkah ini bukan gimmick.

Bagi Suko yang sejak kecil akrab dengan lapangan sepak bola adalah bahasa universal yang menembus sekat. Di lapangan hijau, kampus menghadirkan wajah baru, dekat dengan anak muda, sekaligus menyediakan ekosistem bagi mahasiswa-atlet untuk berprestasi akademik dan sportif.

Dari situ lahir para atlet yang kelak membela Tim Nasional buah dari kombinasi fasilitas, pembinaan, dan kultur apresiatif.

Namun, dukungan Suko pada atlet tidak berhenti di dokumen kebijakan. Ia hadir di pinggir lapangan latihan, mengantar ke turnamen, menyapa satu per satu, memberi motivasi, dan merayakan podium juara.

Keterlibatan personal itulah yang membuat para atlet merasa memiliki “rumah kedua” di kampus. Kepakarannya sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga membuatnya memahami bukan hanya kebutuhan fisik, tetapi juga beban mental dan motivasi atlet.

Jejak Suko tak terpisah dari Muhammadiyah. Dia memulai dari lingkup kecil, merawat kegiatan masjid dan komunitas remaja, lalu menapaki struktur organisasi.

Pada 2022, ia dipercaya sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (periode 2022–2027). Di sini, laku kepemimpinan yang ia bawa tetap sama: memantapkan manhaj, merawat kaderisasi, menghidupkan filantropi, dan mendorong amal usaha tetap relevan.

Memasuki awal 2025, amanah baru kembali mengetuk. Suko dilantik sebagai Deputi II Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia. (*)

Berijut Profil Singkat:

Nama: Prof. Dr. dr. Sukadiono, MM
Lahir: 18 Desember 1968, Njuwet Kedunglosari, Tembelang, Jombang
Pendidikan:
S1 & Profesi Dokter – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Magister Manajemen – Universitas Narotama
Doktor Ilmu Keolahragaan (cumlaude) – Universitas Negeri Surabaya (2012)
Keluarga: Istri Hindayati; anak-anak: Fakhrizan, Akmal Zidan, Nisrina
Keahlian: Fisiologi Olahraga

Linimasa Amanah dan Karier
1996 – Ketua Takmir Masjid Jenderal Sudirman Darmawangsa, Surabaya
2001 – Direktur Akademi Keperawatan & Akademi Analis Kesehatan UM Surabaya
2002 – Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya
2005–2012 – Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya
2012–2024 – Rektor UM Surabaya (tiga periode)
2022–2027 – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
Awal 2025 – Deputi II Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan, Kemenko PMK
Kini – Guru Besar Fisiologi Olahraga UM Surabaya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Sukardiono UMSurabaya Muhammadiyah Menko PMK Menteri Surabaya