Potret SD Negeri di Pacitan yang Tetap Bertahan Meski Hanya Miliki 7 Murid

15 Juli 2025 15:41 15 Jul 2025 15:41

Thumbnail Potret SD Negeri di Pacitan yang Tetap Bertahan Meski Hanya Miliki 7 Murid
Tampak depan bangunan SDN 3 Gunungsari, Dusun Tleken, Desa Gunungsari, Kecamatan Arjosari, Pacitan, yang kini hanya dihuni tujuh murid. Dua guru berdiri di depan sekolah, mempertahankan semangat pengabdian di tengah tantangan minimnya peserta didik, keterbatasan akses, serta sarana dan prasarana yang jauh dari memadai, Selasa, 15 Juli 2025. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)

KETIK, PACITAN – Klaim pemerintah soal peningkatan kualitas pendidikan tampaknya masih jauh dari kenyataan, terutama di wilayah pelosok.

SDN 3 Gunungsari, salah satu sekolah dasar negeri di Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, menjadi potret buram bagaimana pendidikan dasar di daerah.

Pada tahun ajaran 2025/2026, sekolah ini tercatat tak mendapat satu pun siswa baru.

Fakta ini bukan yang pertama kalinya terjadi, melainkan lanjutan dari tren penurunan yang telah berlangsung sejak 2022.

Pantauan Tim Ketik di lokasi, akses menuju SDN 3 Gunungsari terbilang cukup sulit.

Meski hanya berjarak sekitar 14 kilometer dari pusat Kota Pacitan, perjalanan menuju sekolah memakan waktu hingga 25 menit karena kondisi jalan yang rusak, tanjakan curam, minimnya penanda jalan, serta jalur yang membelah kawasan hutan.

Letak sekolah yang jauh dari permukiman warga semakin memperburuk kondisinya.

Foto Siswa-siswi SDN 3 Gunungsari berfoto bersama para guru di depan ruang kelas. Sekolah dasar negeri yang berada di pelosok ini bertahan dengan jumlah murid yang kian menyusut dan infrastruktur yang minim, mulai dari akses jalan hingga ketersediaan air dan listrik. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)Siswa-siswi SDN 3 Gunungsari berfoto bersama para guru di depan ruang kelas. Sekolah dasar negeri yang berada di pelosok ini bertahan dengan jumlah murid yang kian menyusut dan infrastruktur yang minim, mulai dari akses jalan hingga ketersediaan air dan listrik. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)

Aktivitas ekonomi maupun kehidupan sosial nyaris tak tampak di sekitar sekolah, jauh dari hiruk-pikuk lembaga pendidikan pada umumnya.

Kepala Sekolah SDN 3 Gunungsari, Yani Suprapti, S.Pd.SD, mengungkapkan bahwa lembaga yang dipimpinnya ini hanya menjangkau anak-anak dari dua RT di Dusun Tleken, Desa Gunungsari.

Jumlah anak usia sekolah yang sangat sedikit serta keberadaan sekolah lain dengan akses lebih mudah turut menjadi penyebab utama nihilnya pendaftar tahun ini.

“Untuk tahun ini, tidak ada pendaftar baru,” ungkap Yani, saat ditemui, Selasa, 15 Juli 2025.

Hingga kini, total siswa yang masih aktif hanya berjumlah tujuh anak, tersebar dalam tiga tingkat kelas: III, IV, dan VI. Jumlah itu pun terus menurun dari tahun ke tahun.

"Untuk jumlah pegawai ada 6, tapi 3 orang merangkap di sekolah lain. Yang selalu standby cuma 3," ujarnya.

Yani mengungkapkan, banyak pasangan usia produktif memilih hijrah ke kota setelah menikah, meninggalkan dusun dengan populasi anak yang makin menyusut.

Fenomena urbanisasi ini berdampak langsung terhadap angka kelahiran dan ketersediaan peserta didik di wilayah tersebut.

Krisis Infrastruktur Dasar

Selain minimnya siswa, masalah lain yang menghantui SDN 3 Gunungsari adalah keterbatasan fasilitas dasar: listrik dan air bersih.

Foto Beberapa siswa SDN 3 Gunungsari, Kecamatan Arjosari, Pacitan, tampak riang meski belajar dalam keterbatasan. Di tahun ajaran 2025/2026, sekolah ini tak menerima satu pun peserta didik baru. Jumlah siswa yang tersisa hanya tujuh orang, tersebar di tiga tingkat kelas. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)Beberapa siswa SDN 3 Gunungsari, Kecamatan Arjosari, Pacitan, tampak riang meski belajar dalam keterbatasan. Di tahun ajaran 2025/2026, sekolah ini tak menerima satu pun peserta didik baru. Jumlah siswa yang tersisa hanya tujuh orang, tersebar di tiga tingkat kelas. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)

Untuk keperluan wudhu sebelum salat berjamaah, setiap siswa diminta membawa air sendiri dari rumah.

Sementara itu, kebutuhan listrik sekolah dipenuhi secara swadaya oleh guru dan pegawai, yang harus patungan untuk memasang meteran mandiri.

“Iya, kami masih kesulitan air dan listrik,” kata Yani, lirih.

Bagi Yani bersama para guru dan staf, bekerja di sekolah tersebut adalah sebuah pengabdian. 

Bahkan, demi pendidikan yang layak, mereka turut urun biaya dalam pembangunan jalan lingkungan demi membuka akses menuju sekolah.

Pihak Dinas Pendidikan setempat disebut telah melakukan survei terkait kemungkinan penggabungan sekolah (regruping), namun hingga kini belum ada kepastian tindak lanjut.

Selain SDN 3 Gunungsari, kondisi serupa juga dialami oleh SDN 2 Gembong, yang kini hanya memiliki sedikit siswa aktif.

“Harapan kami, murid-murid di sini juga bisa menikmati pendidikan yang layak, seperti anak-anak di kota,” pungkas Yani.(*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan Pendidikan Pacitan SDN 3 Gunungsari sekolah sepi murid sekolah terpencil pacitan masalah pendidikan desa regruping sekolah dasar pendidikan Indonesia timur akses pendidikan di pedesaan kemiskinan pendidikan potret buram pendidikan