KETIK, KEDIRI – Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) di SDIT Rachmad, Kota Kediri, Selasa, 25 November 2025, berlangsung istimewa. Sekolah tersebut kedatangan tamu khusus, Ketua Fraksi Golkar DPRD Kota Kediri, Imam Wihdan Zarkasyi.
Kehadiran Imam tidak sekadar sebagai wali murid, melainkan menjadi ‘guru sehari’. Ia turun langsung mengajar puluhan siswa kelas 4, menyajikan materi sains berbasis praktik sederhana menggunakan pesawat kertas.
Aksi ini tak hanya menjadi momen edukatif, tetapi juga menampilkan sosok figur publik yang membumi, dekat dengan anak-anak dan dunia pendidikan.
Imam Wihdan Zarkasyi memulai sesi mengajarnya dengan mengajak siswa memahami konsep sains sederhana.
“Saya memberikan materi tentang belajar sains lewat pesawat kertas,” kata Imam.
Ia menjelaskan, pesawat kertas bukan sekadar permainan, tetapi sarana belajar mengenai sudut lipatan, arah angin, dan gravitasi. Dalam pandangannya, sains dapat hadir melalui hal-hal yang akrab di sekitar anak.
"Dalam praktek mengajar saya mengajak anak-anak untuk belajar membuat pesawat sederhana dari bahan-bahan yang mudah didapat," imbuhnya.
Ia menegaskan pentingnya pembelajaran yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Menurutnya, anak-anak lebih mudah memahami konsep jika media belajarnya tidak abstrak. Pesan itu ia sampaikan langsung di depan para siswa, yang tampak antusias sejak awal kegiatan. Imam memandang metode ini sebagai cara membuat sains tidak menakutkan, tetapi menyenangkan.
"Ilmu pengetahuan tidak selalu berada di buku atau laboratorium," tambahnya.
Dalam sesi praktik, Imam membagi siswa ke beberapa kelompok kecil. Ia memperagakan langkah-langkah pelipatan kertas, mulai dari dasar bentuk sayap hingga ekor pesawat. Setelah lipatan selesai, ia meminta anak-anak menguji hasilnya. Seisi kelas pun riuh melihat pesawat kertas terbang di antara bangku-bangku.
“Respons anak-anak sangat antusias, terbukti mereka ikut membantu dan aktif dalam proses praktik pembuatan pesawat kertas," ujarnya.
Dari pengalaman sederhana itu, Imam menekankan pembelajaran berbasis praktik dapat membentuk rasa ingin tahu, melatih kreativitas, sekaligus menumbuhkan keberanian untuk mencoba hal baru.
Imam menilai kegiatan tersebut tak berhenti sebagai simbol perayaan Hari Guru Nasional. Lebih dari itu, ia ingin menunjukkan bahwa pendidikan tidak sepenuhnya berada di tangan sekolah.
"Inisiatif ini adalah salah satu upaya agar wali murid ikut berkontribusi dan mendukung program sekolah, sehingga bisa terjadi keterlibatan antara wali murid dengan sekolah," jelasnya.
Menurutnya, keterlibatan orang tua bukan hanya fisik, tetapi juga mental dan emosional, menjadi rekan guru dalam mendampingi proses belajar. Ia mengajak wali murid lain berani mengambil peran aktif.
"Hari Guru Nasional tidak hanya dirayakan oleh guru, tetapi juga oleh semua pihak, termasuk wali murid, untuk mendukung dunia pendidikan,” terangnya.
Pesan itu menjadi cermin bagaimana Imam memandang sekolah sebagai ruang bersama: guru, siswa, dan orang tua membentuk lingkaran kolaborasi. Sebagai wakil rakyat, Imam juga menyinggung pesan besar yang tengah dihadapi dunia pendidikan.
"Guru adalah profesi mulia yang memiliki tantangan besar, terutama dalam membentuk karakter anak-anak di era digital saat ini," tuturnya.
Ia menekankan, teknologi membuat batas interaksi anak dengan dunia luar semakin tipis, sehingga guru harus memiliki peran sebagai penjaga nilai.
"Karakter sangat penting karena kemajuan teknologi membuat anak-anak lebih cepat berinteraksi dengan dunia luar, sehingga peran guru dalam memfilter hal-hal negatif sangat krusial," urainya.
Imam memastikan DPRD Kota Kediri terus mengawal kebijakan untuk tenaga pendidik.
“Beliau berpesan agar guru-guru tetap semangat. Dari segi kebijakan, DPRD akan terus mendukung dalam hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan guru,” ujarnya menutup sesi dialog dengan pihak sekolah.
Sikap ini memperlihatkan konsistensinya sebagai legislator yang tidak sekadar berbicara dari podium, tetapi mendukung langsung praktik pendidikan di lapangan. Terakhir, Imam menyampaikan kesediaannya kembali mengajar apabila diperlukan.
"Ya silahkan bila ada yang mengundang saya bersedia sekali untuk mengajar," ucapnya sambil tersenyum. Kalimat itu menggambarkan sosoknya yang terbuka, tak berjarak, dan siap terjun ke ruang-ruang publik tanpa protokoler.
Kegiatan guru sehari tersebut mendapatkan apresiasi dari pihak sekolah. Guru kelas 4C SDIT Rachmad, Eni Mas’udah, menyebut kehadiran Imam sebagai pengajar adalah kehormatan.
"Seorang wali murid, Imam Wihdan Zarkasyi yang kebetulan adalah anggota dewan mau berkenan memberikan inspirasi untuk anak-anak dan ikut berkontribusi dalam kegiatan peringatan Hari Guru Nasional," kata dia.
Eni mengatakan kegiatan serupa pernah dilakukan tahun lalu, tetapi berlangsung di rumah Imam. Baru kali ini konsepnya berbeda, seorang anggota dewan datang ke kelas dan mengajar langsung.
"Ini adalah pertama kalinya ada sosok anggota dewan yang datang ke sekolah dan mengajar langsung kepada murid-murid,” tambahnya.
Eni menyebut kegiatan itu berdampak nyata.
“Anak-anak sangat antusias terlihat jelas antusiasme mereka dan tidak ada yang malas-malasan,” ujarnya.
Menurutnya, pemilihan materi pesawat kertas sangat tepat.
“Menggunakan bahan-bahan yang sederhana dan mudah didapat, sehingga anak-anak mudah menerima dan bisa mencoba membuat sendiri di rumah,” tambahnya.
Ia juga menyoroti kemampuan Imam berkomunikasi dengan siswa.
“Meskipun Bapak Imam bukan seorang guru, beliau bisa membaur dan ngemong anak-anak usia SD,” tuturnya.
Selama mengajar sejak 2011, Eni menyebut belum pernah ada anggota dewan yang begitu hangat berinteraksi langsung dengan siswa.
Antusiasme juga datang dari para murid. Ayu (10), siswi kelas 4, mengaku senang karena bisa praktik langsung. Ia menyebut Imam sebagai sosok yang baik, ramah, dan lucu. Pesawat kertas buatannya lumayan bisa terbang, jauh lebih baik dari percobaan sebelumnya yang susah terbang. Ayu berharap kegiatan seperti itu sering diadakan.
Momentum sederhana itu memperlihatkan bahwa pendidikan lahir dari kolaborasi. Di balik lipatan kertas, terlihat sosok Imam Wihdan Zarkasyi yang meninggalkan meja rapat DPRD untuk duduk di kursi kecil siswa sekolah dasar.
Ia bukan hanya berbicara tentang pendidikan. Ia hadir, menyentuh ruang kelas, dan menumbuhkan keberanian anak-anak untuk bermimpi. Di situ, brand kepemimpinannya tumbuh, pemimpin yang turun tangan, mendengar, dan mengajar.(*)
