KETIK, MALANG – Melimpahnya stok tomat di pasaran menginspirasi empat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan inovasi untuk bisa mengawetkan lebih lama. Inovasi ini dengan memanfaatkan pati singkong dan ekstrak daun singkil sebagai anti bakteri.
Pemanfaatan dua elemen itu disebut mahasiswa UMM dari Program Studi (Prodi) Teknologi Pangan Muti'ah Alawiyah mampu memperlama daya tahan tomat dari tiga sampai enam hari, bisa lebih segar dalam 10 hari.
"Kalau biasanya tomat hanya bertahan 3 sampai 6 hari, kami ingin membuatnya bisa segar hingga 20 hari lebih," ujar Muti’ah Alawiyah, dikonfirmasi pada Senin 6 Oktober 2025.
Ia dan tiga orang lainnya mengembangkan edible coating atau lapisan pelindung dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal yang melimpah, yakni pati singkong dan ekstrak daun singkil. Inovasi ini berjudul Edible Coating Pati Singkong dengan Penambahan Ekstrak Daun Singkil sebagai Antibakteri untuk Peningkatan Umur Simpan Tomat.
Tomat yang dilapisi pati singkong dan ekstrak daun singkil (Dok. Pribadi peneliti)
Ide ini lahir dari pengamatan sederhana, di mana tomat sebagai komoditas utama sering kali tidak sampai ke tangan konsumen dalam kondisi prima. Kerusakan pasca panen umumnya disebabkan oleh proses respirasi berlebih dan kontaminasi mikroba.
"Dari sana kami berpikir, kami ingin ada solusi yang ramah lingkungan, murah, dan mudah diterapkan," ucap Muti'ah Alawiyah atau yang akrab disapa Tia itu.
Edible coating yang dikembangkan ini berbentuk lapisan tipis transparan, mirip dengan plastik. Proses pembuatannya dimulai dari ekstraksi pati singkong. Pati ini kemudian dicampur dalam air, ditambahkan sodium alginat sebagai pembentuk gel, serta gliserol dan kalsium klorida untuk memperkuat lapisan.
"Setelah itu, ekstrak daun singkil dimasukkan ke dalam campuran. Larutan ini kemudian dicetak pada wadah datar dan dikeringkan menggunakan oven bersuhu rendah hingga menjadi lembaran tipis," terangnya.
Lapisan ini bekerja dengan cara yang cerdas. Saat diaplikasikan pada permukaan tomat, edible coating ini bertindak sebagai penghalang mikroba dan udara berlebih. Kandungan flavonoid, saponin, dan tanin dalam daun singkil memiliki sifat antibakteri yang mampu menekan pertumbuhan bakteri perusak.
"Lapisan ini memperlambat laju respirasi tomat, sehingga buah tidak cepat keriput. Berdasarkan hasil sementara dari penelitian yang telah mencapai 80 persen, tomat yang dilapisi masih segar hingga hari ke-10, jauh lebih lama dibandingkan tomat tanpa pelapisan," jelasnya.
Keunggulan inovasi ini tidak hanya sebatas memperpanjang umur simpan tomat. Lapisan pelindung ini menarik karena menggunakan bahan-bahan lokal yang melimpah, mudah ditemukan, dan murah, seperti pati singkong. Selain itu, pemanfaatan daun singkil yang jarang diteliti menjadikannya sebuah kebaruan ilmiah. Sifatnya yang ramah lingkungan juga menjadikannya pilihan ideal sebagai pengganti plastik konvensional. Lapisan ini sepenuhnya biodegradable dan aman untuk dikonsumsi karena terbuat dari bahan pangan.
"Kalau selama ini masyarakat bergantung pada plastik atau bahan kimia impor, edible coating ini justru memanfaatkan potensi lokal yang murah dan efektif," terang dia.
Dirinya berharap, penelitian ini dapat berkontribusi nyata bagi ketahanan pangan nasional dengan mengurangi kerugian petani dan membuka peluang pengembangan bahan alami untuk pengawetan produk segar. (*)