KETIK, SURABAYA – Setelah insiden ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny pada September 2025 yang menelan 63 korban jiwa, pemerintah resmi memulai pembangunan ulang fasilitas tersebut menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Bangunan tiga lantai yang berfungsi sebagai musala itu runtuh pada Senin, 29 September 2025 sekitar pukul 15.00 WIB akibat kegagalan konstruksi.
Pemerintah menyiapkan lahan baru seluas 4.100 meter persegi di Jalan Raya Siwalan Panji II, Buduran, Sidoarjo, untuk pembangunan ulang, dengan anggaran Rp125,3 miliar dari APBN 2025–2026.
Rencana rekonstruksi mencakup pembangunan gedung lima lantai yang akan difungsikan sebagai asrama dan ruang pendidikan. Pengerjaan ditargetkan selesai dalam 210 hari kalender atau sekitar tujuh bulan.
Menteri Koordinator Perekonomian dan Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM), Muhaimin Iskandar, menyebut pemerintah bergerak cepat menangani dampak tragedi tersebut.
Ia mengatakan satgas lintas kementerian telah dibentuk, melibatkan Kementerian Agama, ATR/BPN, pemerintah daerah, serta Bupati Sidoarjo.
“Dalam satuan tugas rekonstruksi Ponpes Al Khoziny ini kita bergerak bersama, memulai groundbreaking Pesantren Al Khoziny,” ujar Muhaimin saat peletakan batu pertama, Kamis, 11 Desember 2025.
Muhaimin menegaskan bahwa pembangunan ulang ini bukan sekadar perbaikan fisik, tetapi juga menjadi momentum evaluasi menyeluruh terhadap keamanan sarana pendidikan pesantren.
“Kita ingin menjadikan momentum ini untuk perbaikan terencana. Tidak boleh ada lagi rasa tidak aman, tidak boleh ada kelalaian. Perlindungan untuk siswa dan santri harus diperkuat,” tegasnya.
