KETIK, MALANG – Nama Ahmad Abdul Azis atau kerap disapa Memed, kini menjadi buah bibir di kalangan netizen maupun masyarakat Indonesia. Pria berjuluk Thomas Alfa Edisound ini membawa pandangan sound horeg jadi semangat representatif dari keguyuban warga.
Tak jarang, untuk mendatangkan sound horeg pada acara-acara seremonial seperti HUT Kemerdekaan RI, dan lainnya, warga rela menabung bahkan 1 tahun sebelum kegiatan dilaksanakan. Warga Blitar itu menganggap bahwa sound horeg menjadi bagian dari ekspresi masyarakat.
"Iya, (sound horeg bagian ekspresi masyarakat). Rasa kebersamaan antara pemuda. Kita disewanya per sound itu 1 RW. Mereka sebelumnya ada musyawarah dan iuran untuk mendatangkan sound, izin, dan lainnya," ujarnya dilansir dari TV One News.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk menyewa sound horeg sendiri tidak main-main yakni mulai dari puluhan hingga ratusan juta, tergantung dari jenis dan jumlah sound yang dipilih. Fenomena sound horeg sendiri banyak menjalar di kalangan masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Memed menjelaskan dalam setiap kegiatan warga yang melibatkan sound horeg, selalu disertai dengan posko-posko keamanan. Hal tersebut untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Tak hanya itu, ia juga meminta agar pemerintah membuat regulasi baru sebagai jalan tengah bagi penyelenggaraan sound horeg. Salah satunya yang mengharuskan warga dengan kondisi tertentu untuk melakukan evakuasi jika terdapat perayaan dengan sound horeg.
"Mungkin nanti bisa dibuatkan regulasi baru lagi. Kalau ada orang yang sakit atau bagaimana, disuruh menjauh atau dievakuasi dulu. Kan waktu event karnaval itu juga ada posco-posco keamanan juga," katanya.
Hal tersebut juga membuatnya selama berkiprah sebagai operator sound horeg, belum pernah menerima keluhan dari warga terkait tingkat kebisingan. Sebelum kegiatan dimulai, selalu didahului dengan musyawarah bersama warga.
"Sebelum kita datang atau perform gitu sudah ada musyawarah dari warga. Harusnya sound horek itu ditaruh mana, kalau nanti mungkin ada orang yang sakit atau ada orang tua gitu juga dipindahkan agar aman dari radius tersebut. Jadi selama ini belum ada komplain dari warga," tegasnya.
Memed memastikan bahwa dirinya telah mematuhi aturan yang berlaku. Dalam praktiknya, sound horeg yang ia operasikan tak melebihi ambang batas desibel yang direkomendasikan di beberapa daerah.
"Kalau saya sih mengikuti peraturan yang ada kan ada regulasi baru. Kemarin di Jombang itu kalau enggak salah sekitar 120 desibel. Kalau 60 desibel sih enggak, soalnya sangat kecil. Kendaraan jalan saja bisa sampai 70 desibel," jelasnya.
Penampilan Memed yang terlihat mengantuk, rambut berantakan, dengan kantung mata yang tebal juga membuatnya semakin viral di media sosial. Ia telah menggeluti dunia sound horeg sejak tahun 2018 berkat penyewaan sound horeg milik ayahnya. (*)