KETIK, JEMBER – Terungkapnya kasus bocah 9 tahun yang disiram kuah bakso panas oleh tantenya sendiri, mengungkap cerita baru. Korban, ZN diduga sudah setahun terakhir kerap disiksa oleh NAR (27) adik kandung ibu korban atau tante korban.
Selama setahun terakhir, korban memang dititipkan ke rumah nenek dan tantenya karena sang ibu bekerja di Kalimantan. Adapun ayahnya tidak diketahui keberadaannya setelah bercerai dari ibu korban.
Hal itu terungkap di sela kunjungan Komisi D DPRD Jember ke SDN Kalisat 01. Kasus kekerasan ini salah satunya terungkap berkat peran guru korban yang memviralkan video pengakuan korban serta membantu melaporkan kasus ini ke polisi.
Kasus ini mendapat perhatian khusus dari Komisi D DPRD Jember yang membidangi masalah pendidikan.
"Kami miris dan kaget dengan yang dialami korban. Karena ternyata sudah terjadi sejak setahun yang lalu,” papar Fatmawati, anggota Komisi D DPRD Jember saat dikonfirmasi usai kegiatan, Selasa (27/5/2025).
Selama setahun tinggal bersama nenek dan tante kandungnya, korban kerap mendapatkan penganiayaan dari tersangka. Namun, hal itu dipendam rapat-rapat oleh korban saat di sekolah.
“Anak sekecil ini memendam rasa sakit sendiri. Dari pendalaman yang kami peroleh, ternyata korban juga dipukul, informasinya menggunakan parutan kelapa dan juga dengan sapu lidi. Sehingga menyebabkan memar, dan juga luka lebam. Sekarang malah luka bakar dan melepuh akibat disiram kuah bakso itu," ujar politikus Partai Nasdem itu dengan nada geram.
Berkaca dari kejadian ini, Komisi D DPRD Jember berharap seluruh guru yang ada di Jember untuk lebih memperhatikan kondisi anak didiknya. Mengenal mereka secara pribadi, sehingga bisa mendeteksi jika ada hal yang tidak beres.
“Kami tidak menyalahkan para guru. Namun berkaca dari kejadian ini, kami harap lebih dekat lagi. Dari informasi yang kami terima, korban ini dekat banget dan selalu berbuat baik di sekolah. Prestasinya bagus, tapi memang dia memendam rasa sakit itu sendiri," ujarnya.
"Bayangkan anak sekecil itu, dia sudah kuat menahan beban sakit, psikis, seberat itu. Karena diakui korban, dan disampaikan gurunya. Kalau sampai orang lain tahu kejadian ya, maka korban ini akan lebih disiksa lagi," ucapnya.
Selain itu, Fatmawati juga mendesak Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Jember yang terkait, agar bisa membantu secara optimal upaya pemulihan dan pengobatan korban dari luka yang dialami. Termasuk pemulihan psikis.
"Atensi serius ini harus dilakukan DP3AKB, Dinkes dan Dinsos serta Kapolres yang menyelidiki benar-benar, dan mendalami kasus ini secara serius. Supaya menjadi efek jera serta harapan kami tidak akan terulang lagi kasus seperti ini," tegasnya.
Kepala sekolah dan para guru di SDN Kalisat 01 saat diwawancarai oleh jurnalis Ketik.co.id. (Foto: Atta/ Ketik.co.id)
Dikonfirmasi terpisah Kepala SDN Kalisat 01 Hasanatun Toyibah S.Pd, mengatakan pihaknya sudah memberikan pendampingan bagi anak korban.
Perempuan yang akrab disapa Hasanah ini, juga membenarkan jika anak korban dikenal baik dan memang bersikap tertutup meskipun kondisinya tersakiti.
"Terkait kejadian yang menimpa salah satu siswa kami di kelas 3, berinisial Z, kami dari pihak sekolah merasa prihatin dan sangat memperhatikan permasalahan tersebut. Awalnya kami mengetahui kejadian ini pada tanggal 20 Mei 2025. Saat itu, salah satu guru kami mendapatkan informasi dari masyarakat, bahkan aparat setempat, bahwa kemungkinan ada tindakan kekerasan yang dialami oleh siswa kami. Guru tersebut lalu diminta untuk memastikan kebenarannya," kata Hasanah.
Setelah dilakukan pengecekan, lanjutnya, ternyata benar dan kemudian dilanjutkan dengan mengambil dokumentasi berupa video.
"Tapi bukan untuk menyebarkan, tapi sebagai bukti, agar tidak dianggap mengada-ada atau fitnah tanpa dasar. Setelah itu, guru kami langsung melaporkan kepada bagian kesiswaan," ucapnya.
Menyikapi himbauan dari Komisi D DPRD Jember, Hasanah akan menerapkannya ke sekolah yang ia pimpin.
"Kami berencana bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang apa itu bullying. Supaya mereka tahu bentuk-bentuk kekerasan, dan bisa berani terbuka jika mengalaminya," jelasnya.
"Kami ingin mereka tahu, apa yang harus dilakukan jika menjadi korban, di mana pun itu. Baik di rumah, di sekolah, atau di lingkungan lainnya. Selain itu, kami juga akan meningkatkan koordinasi dengan wali murid, agar lebih terbuka dan sigap menghadapi situasi serupa. Harapan kami, kejadian ini tidak terulang lagi," pungkasnya. (*)