KETIK, PACITAN – Setelah proyek pipanisasi dari Waduk Tukul rampung akhir 2024 lalu, aliran air baku mulai masuk ke rumah-rumah warga melalui Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik Perumdam Pacitan.
Namun, rencana pembangunan IPA baru yang digadang-gadang bakal memperkuat layanan air bersih masih dalam tahap kajian.
"Masih dalam tahap kajian. Kita nunggu hasil dari Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW)," ujar Direktur Perumdam Pacitan, Agus Suseno, Senin, 26 Mei 2025, saat ditanya soal lokasi pasti pembangunan IPA baru.
Ada dua usulan lokasi dalam pembangunan IPA baru. Rencananya, dibangun di wilayah lebih tinggi seperti di Desa Karangrejo, Karanggede, atau dataran rendah, Desa Purworejo, dekat fasilitas yang sudah ada.
Namun, menurut Agus, hasil kajian dari BPPW Kementerian PUPR tetap bakal menjadi acuan utama dalam menentukan titik pembangunan fasilitas tersebut.
Keberadaan IPA baru dinilai penting untuk memperluas cakupan layanan dan meningkatkan kualitas pengolahan air, terutama mengingat tantangan yang masih dihadapi, seperti kondisi air keruh saat musim hujan.
"Masalah cuaca, kadang itu berpengaruh dalam kondisi air juga. Jadi agak keruh," ungkapnya.
Di sisi lain, meski biaya operasional seperti listrik dan perawatan pipa terus mengalami kenaikan, Agus memastikan bahwa tarif air masih belum berubah. Sejak akhir 2013, tarif air ditetapkan Rp4.500 per meter kubik dan belum pernah disesuaikan.
"Tarif itu sudah hampir 11 tahun tidak naik. Idealnya di kisaran Rp4.600 sampai Rp7.000. Tapi untuk saat ini masih tetap," katanya.
Sementara, Agus menyebut bahwa pasokan air dari Waduk Tukul menawarkan keunggulan berupa cadangan air yang stabil dan tidak tergantung musim, sehingga ideal untuk jangka panjang. (*)