KETIK, SURABAYA – Bayangkan seekor ikan raksasa dengan corak putih unik di sekujur tubuhnya, berenang melewati kapal kalian. Ikan tersebut menyedot mahluk kecil di sekitarnya dengan mulutnya yang lebar, seperti vacuum cleaner penyedot debu!
Apa yang akan kalian lakukan? Takjub, teriak, atau bahkan ketakutan akan keberadaan ikan tersebut! Jangan khawatir, meskipun namanya hiu paus tetapi ia tidak berbahaya sama sekali. Mereka memakan plankton dan bukan manusia, loh!
Tahu tidak, kalau di beberapa negara, hiu paus dianggap sebagai simbol keberuntungan. Seperti di Hawaii misalnya, hiu paus disebut “Nai’a Lio” yang berarti simbol kedamaian dan berkah. Di Filipina dikenal dengan “Butanding” dan dipercaya membawa keberuntungan saat bertemu dengan mereka.
Sementara itu, di beberapa daerah di Indonesia seperti Kalimantan Timur, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, dan Gorontalo, hiu paus dianggap berharga karena membawa keberuntungan bagi pelayan lokal. Mereka bahkan pernah menolong nelayan yang tenggelam.
Kemudian, hiu paus secara mengejutkan menjadi populer di kalangan wisatawan. Mereka yang awalnya dianggap hewan pembawa keberuntungan kini berubah menjadi objek wisata. Para turis berlomba-lomba untuk bisa berenang bersama, memberi makan, bahkan menyentuh punggung ikan raksasa tersebut.
Meskipun keberadaan wisata tersebut dapat membantu pendapatan masyarakat setempat, hal itu tetap menimbulkan ancaman bagi hiu paus.
Sejumlah riset membuktikan bahwa 77 persen hiu paus di Papua memiliki luka di punggung yang disebabkan oleh sentuhan berlebih dari tangan manusia dan akibat goresan dari kapal.
Hal ini menjadi kombinasi antara kepercayaan lama dengan bisnis pariwisata. Di satu sisi, hiu paus masih dianggap sebagai hewan yang membawa keberuntungan dan spesial. Di sisi lain, mereka menjadi selebriti lautan yang membuat turis mengantri untuk berfoto dengan mereka. (*)
