KETIK, SURABAYA – Cabai di Surabaya semakin 'pedas'. Hal ini dikarenakan harganya yang merangkak naik, terlebih menjelang Hari Raya Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).
Kenaikan harga cabai sekitar 75 persen, dimana harga sebelumnya Rp42 ribu hingga 46 ribu per kilogram pada 30 November 2025. Kini per 10 Desember 2025 kemarin mencapai Rp70 ribu per kilogram.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya, Antiek Sugiharti mengatakan, kenaikan harga cabai ini menurutnya tidak hanya terjadi di Kota Pahlawan saja melainkan di beberapa daerah lainnya.
"Cabai rawit itu memang hampir tidak hanya di Surabaya (naik), di hampir seluruh Jawa Timur dan Indonesia," katanya dikutip dari keterangan resmi Pemkot Surabaya.
Menurutnya, kenaikan harga cabai rawit ini dikarenakan pengaruh cuaca ekstrem. Hal ini menyebabkan petani di berbagai daerah mengalami gagal panen.
"Di beberapa daerah itu ada yang sampai Rp 100 ribu per kilogram. Karena cuaca ya, itu salah satu faktornya, sehingga menyebabkan gagal panen dan kerusakan," jelasnya.
Lanjutnya, jika harga cabai rawit naik, harga cabai merah besar tergolong stabil. Walaupun, kata Antiek masih fluktuatif di beberapa pekan terakhir.
“Ini (cabai merah besar) agak ada kenaikan, tapi tidak terlalu tinggi, tidak terlalu signifikan ya. Harganya, hanya naiknya sekitar dari Rp44 ribu, Rp46 ribu, Rp47 ribu, hingga Rp48 ribu. Jadi Rp2.000 sampai Rp3.000 kenaikannya,” paparnya.
Ia menjelaskan, walaupun harga cabai rawit naik, secara umum stok ketersediaan bahan pokok di Surabaya masih melimpah.
Selain itu, harga bahan pokok di Surabaya menjelang Nataru juga tergolong masih stabil.
Pihaknya juga terus memantau harga kebutuhan pokok dalam menyambut Nataru. Selain itu, Pemkot Surabaya juga memantau produk makanan dan minuman.
"Tim memantau apakah ada (pedagang) yang menjual barang-barang yang kedaluwarsa gitu ya. Kemudian juga kami memastikan harga-harga itu apakah masih stabil, sekaligus memantau apakah ketersediaannya cukup untuk kebutuhan menjelang Natal dan tahun Baru," pungkasnya. (*)
