KETIK, SURABAYA – Negara Republik Indonesia (NKRI) sebentar lagi genap berusia 80 tahun. Keberhasilan Indonesia dalam berjuang dari penjajah tidak lepas dari jasa para pejuang yang kini telah menjadi veteran.
Amad salah satu veteran asal Surabaya ini masih ingat betul, ikut berjuang berperang melawan penjajah. Pria berusia 103 tahun ini bahkan menceritakan, pernah bersama Bung Tomo saat perang besar di Kota Pahlawan.
Pria kelahiran 1922 ini menceritakan, nama Amad sebenarnya tidak sengaja dilontarkan dari tentara Jepang. Ketika dirinya masih berperang pada masa penjajahan. "Orang Jepang tidak bisa panggil Ahmad. Bisanya bilang Amad," katanya.
Selain pernah menjadi pasukan perang bersama Bung Tomo. Amad juga menjadi saksi hidup, perobekan bendera Belanda di atas Hotel Yamato (sekarang Majapahit) pada 1945 silam.
Amad juga merupakan mantan pasukan Heiho yang merupakan organisasi militer dan semi-militer yang dibentuk oleh Pemerintah Jepang di Indonesia selama masa penjajahan. Arti nama Heiho adalah tentara pembantu.
Selama menjadi Heiho, ia tak lantas menurut dengan Jepang. Amad justru yang menginisiasi mengambil senjata peninggalan Jepang di Sekolah Don Bosco yang terletak di Jalan Tidar, Surabaya.
Jasa besar Amad dan sejumlah veteran lainnya, kini banyak mendapat apresiasi dari berbagai pihak, seperti Ciputra World Hotel Surabaya.
General Manager Hotel Ciputra World Surabaya, Jeffry Febrianto mengatakan, pihaknya menyelenggarakan hari veteran sekaligus HUT ke-80 RI sebagai bentuk rasa cinta terhadap veteran.
"Serta mengingat slogan "jas merah" yang kepanjangannya jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat nasionalisme dan integritas generasi penerus," kata Jeffry.
Selain itu, tujuan diadakan acara ini sebagai bentuk penghormatan dan menjaga kehormatan para veteran.
"Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati dan menjaga kehormatan para pejuangnya," lanjutnya.
Acara yang berlangsung di Victory Ballroom, Hotel Ciputra World Surabaya dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mengheningkan cipta. Setelahnya dilanjutkan dengan acara-acara lainnya, seperti menghias donat, meracik minuman, hingga pemeriksaan kesehatan. (*)