Banyak Kabar Buruk di Medsos Buat Masyarakat Alami Doomscrolling, Ini Penjelasan Pakar Psikologi Unair

20 September 2025 18:01 20 Sep 2025 18:01

Thumbnail Banyak Kabar Buruk di Medsos Buat Masyarakat Alami Doomscrolling, Ini Penjelasan Pakar Psikologi Unair
Dosen Psikologi Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (Unair), Atika Dian Ariana, Sabtu, 20 September 2025. (Foto: Dokumen pribadi)

KETIK, SURABAYA – Banyaknya kabar buruk yang terjadi di media sosial (Medsos). Hal ini menimbulkan rasa ketidakpastian, hingga akhirnya mendorong individu untuk terus mencari, membaca, atau menonton berbagai konten negatif.

Fenomena inilah yang kemudian dikenal dengan istilah doomscrolling. Hal ini membuat Dosen Psikologi Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (Unair), Atika Dian Ariana menjelaskan bahwa doomscrolling merupakan perilaku kompulsif sebagai manifestasi kecemasan dalam menghadapi ketidakpastian.

“Doomscrolling ini semacam dorongan untuk menyelamatkan diri. Dengan mencari informasi, manusia merasa bisa mengendalikan hal-hal yang negatif atau mengancam,” ujarnya, Sabtu, 20 September 2025.

Meskipun tampak sebagai insting bertahan hidup, Atika menegaskan bahwa doomscrolling sejatinya tidak benar-benar membantu. Sebab secara kognitif, terus-menerus terpapar informasi negatif membuat pikiran dan emosi ikut terpengaruh, sehingga individu lebih rentan merasa stres.

“Scrolling itu kan bukan aktivitas yang betul-betul memberikan solusi. Kecuali kalau kita tahu kapan harus berhenti. Misalnya menghadapi ujian, kita tahu kapan ujian berakhir sehingga lebih mudah dikendalikan. Tapi dalam situasi tidak menentu, seperti pandemi atau kerusuhan, kita tidak paham sebenarnya kapan ini berakhir,” jelasnya.

Dampak lain dari doomscrolling adalah munculnya rasa khawatir berlebih yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Menurut Atika, jika hal tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, maka berisiko menimbulkan kelelahan baik secara fisik maupun mental. “Ketika cemas atau stres, tubuh ikut menegang seolah bersiap menghadapi ancaman. Lama-lama bukan hanya pikiran yang lelah, tapi juga tubuh kita,” tambahnya.

Untuk meminimalisir dampak dari doomscrolling, Atika menekankan pentingnya meningkatkan literasi media. Menurutnya, individu perlu memilah dan memilih informasi yang kredibel, bukan sekadar mengikuti sumber media yang tidak jelas. "Dengan begitu, informasi yang didapat akan bermanfaat untuk memahami situasi," jelasnya.

Atika menyarankan agar individu melatih diri membatasi paparan informasi dengan mengalihkan perhatian pada aktivitas yang lebih produktif. Seperti olahraga, memasak, membersihkan rumah, menekuni hobi, maupun kegiatan spiritual. “Ada hal-hal yang bisa kita kendalikan, tapi ada juga yang harus kita kembalikan kepada Tuhan. Kalau kita bisa menyeimbangkan berbagai aspek itu, kita bisa berfungsi secara penuh sebagai manusia sekaligus mengelola emosi dengan lebih baik,” terangnya.

Pada akhir, apabila semua itu belum cukup membantu, mencari dukungan dari orang terdekat maupun bantuan profesional dapat menjadi pilihan. “Dibandingkan doomscrolling, lebih baik kita alihkan ke aktivitas produktif. Dan kalau sudah merasa tidak tertolong dengan cara-cara sederhana, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional,” pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Unair Universitas Airlangga Kata Pakar Ahli Psikologi Psikologi Unair Surabaya