Tim DVI Kesulitan Identifikasi Jenazah Korban Ponpes Al Khoziny, Ini Alasannya

3 Oktober 2025 20:35 3 Okt 2025 20:35

Thumbnail Tim DVI Kesulitan Identifikasi Jenazah Korban Ponpes Al Khoziny, Ini Alasannya
Jenazah korban ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo tiba di RS Bhayangkara, Surabaya, Jumat, 3 Oktober 2025. (Foto: Fitra/Ketik)

KETIK, SURABAYA – Jenazah korban bangunan ambruk Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo beberapa telah berada di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya, Jumat, 3 Oktober 2025.

Hingga berita ini ditulis, sejak pukul 08.30 WIB hingga pukul 18.30 WIB sudah delapan jenazah yang telah tiba di Rumah Sakit, Bhayangkara, Surabaya.

Kabid DVI Kapusdokkes Mabes Polri, Kombes Pol Wahyu Hidajati menjelaskan kondisi jenazah korban bangunan ambruk Ponpes Al Khoziny yang telah tiba di RS Bhayangkara.

 

Foto Kabid DVI Kapusdokkes Mabes Polri, Kombes Pol Wahyu Hidajati menjelaskan proses identifikasi korban Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo. (Foto: Fitra/Ketik)Kabid DVI Kapusdokkes Mabes Polri, Kombes Pol Wahyu Hidajati menjelaskan proses identifikasi korban Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo. (Foto: Fitra/Ketik)

 

Pihaknya menjelaskan, proses identifikasi korban berjalan lambat dan rumit karena kondisi jenazah yang rata-rata berusia 12 hingga 15 tahun, seperti identifikasi sidik jari.

"Identifikasi menggunakan Automoted Multi-Biometric Identifikasi System (MAMBIS) tidak bisa dilakukan karena kondisi sidik jari sudah mulai rusak akibat pembusukan menjadi hambatan utama," katanya.

Kesulitan kedua dalam identifikasi jenazah korban Ponpes Al Khoziny adalah, sebagai besar santri belum memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) sehingga tidak ada data yang bisa terintegrasi dengan alat MAMBIS.

Ketiga, kendala yang dihadapi adalah identifikasi dental atau gigi. Pertumbyhan gigi anak-anak usia 12 hingga 15 tahun cenderung seragam. Hal inilah yang membuat kesulitan Tim DVI, dalam menemukan ciri-ciri khusus yang dapat membedakan jenazah satu dengan lainnya.

Kesulitan keempat melakukan identifikasi melalui pakaian dan ciri khusus, seperti tahi lalat dan tanda lahir. Hal ini dikarenakan dari pihak keluarga korban tidak mengingat terlalu rinci, ciri khusus anaknya.

"Untuk pakaian dan ciri khusus seperti tahi lalat, dan tanda lahir juga tidak bisa dilakukan mengingat banyak dari keluarga korban tidak mengingat secara rinci tanda lahir anak-anaknya ataupun pakaian yang dipakai saat kejadian, karena cenderung sama baju koko putih," terangnya.

Kendati menghadapi banyak kendala, Kombes Pol Wahyu Hidajati tetap berusaha maksimal untuk melakukan proses identifikasi jenazah secara profesional.

Cara terakhir yang bisa dilakukan Tim DVI dengan melakukan pencocokan DNA yang diambil dari korban dengan keluarga. (*)

Tombol Google News

Tags:

Ponpes Al Khoziny dvi RS Bhayangkara jenazah Al Khoziny Polda Jatim