KETIK, BATU – Program Gerebek Kota Batu sukses dijalankan oleh Ketik.com selama delapan hari, mulai 4-12 Desember 2025. Selama delapan hari tersebut, seluruh tim media ini berkantor di Kota Batu dan mengeksplorasi potensi Kota Wisata tersebut.
Eksplorasi dilakukan untuk menghasilkan karya jurnalistik terbaik berupa pemberitaan. Tujuan dari pemberitaan oleh Ketik.com ini untuk mengangkat potensi yang ada di Kota Batu.
Tim Gerebek Batu Ketik.com. (Foto: Mutia/Ketik.com)
Berbagai berita positif dibuat selama delapan hari menjalankan Program Gerebek Kota Batu. Tidak hanya berita positif, juga dibuat berita kritis sebagai kontrol sosial sesuai tugas jurnalistik.
Tidak hanya berita, pelbagai silaturahmi, untuk membuka jaringan maupun koneksi, turut dilakukan. Seluruh komponen serta skuad terbaik Ketik.com turun langsung membuat karya terbaik.
Mulai dari editor, wartawan hingga tim bisnis terjun langsung ke lapangan melalui program Gerebek Kota Batu tersebut. Berikut delapan capaian penting dari program Grebek Kota Batu.
1. Mengungkap Sejarah Terbentuknya Kota Batu
Punden Mojorejo disebut sebagai lokasi Prasasti Sangguran. Punden dan Prasasti ini merupakan bukti pengaruh Kerajaan Mataram Kuno di Kota Batu. (Foto: Dendy Ganda/Ketik.com)
Hari pertama Gerebek Kota Batu, mengangkat sejarah terbentuknya kota tersebut. Melalui karya berita dengan judul Sejarah Kota Batu: Berawal dari Tempat Healing Raja Mataram Kuno Abad Ke-10 hingga Jadi 'Swiss Kecil' di Jawa
Siapa sih yang nggak kenal sama Kota Batu? Dijuluki sebagai ' De Kleine Zwitserland' atau 'Swiss Kecil di Pulau Jawa' oleh Belanda, kota dingin ini menyimpan segudang sejarah menarik, jauh sebelum jadi kota otonom yang hits.
Yuk, kita bedah tuntas sejarah awal berdirinya Kota Batu, mulai dari era kerajaan hingga resmi jadi daerah otonom.
Jauh sebelum hiruk pikuk wisata modern, wilayah Batu dan sekitarnya sudah dikenal sebagai tempat peristirahatan sejak abad ke-10, tepatnya pada masa Kerajaan Medang atau Mataram Kuno (di Jawa Timur).
Konon, Raja Mpu Sindok, yang memindahkan pusat kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, memerintahkan pengikut setianya, Mpu Supo, untuk mencari lokasi peristirahatan yang sejuk bagi keluarga kerajaan.
Pencarian Mpu Supo akhirnya mengarah ke lokasi yang kini dikenal sebagai kawasan wisata Songgoriti. Di sana, Mpu Supo membangun sebuah tempat peristirahatan dan juga Candi Songgoriti.
Ketinggian wilayah yang mencapai 700 hingga 1.700 meter di atas permukaan laut (mdpl) menjadikan udara di Batu sangat dingin dan sejuk, cocok untuk melepas penat para bangsawan.
Secara administrasi, perkembangan Kota Batu melalui tahapan yang jelas dan terstruktur:
Awalnya, wilayah Batu merupakan bagian dari Kabupaten Malang. Selanjutnya, pada 6 Maret 1993, Batu ditetapkan sebagai Kota Administratif (Kotatif). Status ini adalah langkah awal menuju kemandirian.
Setelah melalui proses yang memakan waktu hampir enam tahun (dimulai sejak tahun 1995) dan didukung oleh faktor geografis, ekonomi, sosial budaya, sosial politik, serta keamanan, akhirnya Batu resmi ditetapkan sebagai Kota Otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang pada 17 Oktober 2001. Hal itu berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001.
Inilah momen penting yang menandai berdirinya Pemerintah Kota Batu yang mandiri, dengan wilayah yang saat ini meliputi 3 kecamatan, yakni Batu, Bumiaji, dan Junrejo.
2. Eksplorasi Candi Songgoriti
Candi Songgoriti yang merupakan jejak industri logam era Medang di Kota Batu. (Foto: Dendy/Ketik.com)
Jejak industri kuno di wilayah Kota Batu tidak hanya ditemukan di Mojorejo. Di lereng Gunung Panderman, hampir 1.000 meter di atas permukaan laut, berdiri sebuah candi yang menjadi bukti majunya industri dan peradaban masyarakat Batu pada masa lampau.
.
Candi itu kini terkenal dengan nama Candi Songgoriti, sesuai dengan nama tempatnya berada, Dusun Songgoriti, Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu.
Candi Songgoriti terletak di halaman Hotel Songgoriti, yang kini tak lagi beroperasi. Mangkraknya bangunan hotel menambah suram wajah Candi Songgoriti.
Bentuk candi memiliki langgam bangunan Jawa Tengah periode abad kesembilan sampai abad kesepuluh Masehi. Sementara, dari isi peripihnya, diketahui bahwa candi ini dibangun pada abad kesembilan Masehi.
3. Mengulik Sejarah Wisata Selecta
Selecta merupakan salah satu obyek wisata legendaris di Kota Batu. (Nurul Aliyah/Ketik.com)
Liburan Nataru 2026 di Kota Batu tidak lengkap bila belum berkunjung ke Taman Rekreasi Selecta. Taman rekreasi di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji ini merupakan tempat wisata yang sudah ada sejak zaman Belanda.
Sehingga menjadi tempat wisata ikonik dan bersejarah di Kota Batu. Ada beberapa fasilitas di taman rekreasi Selecta. Fasilitas pertama yang ada di taman rekreasi Selecta adalah kolam renang.
Ada dua kolam renang disana, yaitu untuk dewasa dan anak anak. Kolam renang di taman rekreasi Selecta juga menyediakan fasilitas tambahan. Seperti seluncuran air, ban renang, atau pelampung.
"Yang paling bersejarah dari kolam renang Selecta adalah papan seluncuran air. Karena, seluncuran dengan panjang 30 meter tersebut telah berumur hampir satu abad," kata Direktur Selecta, Pramono, Kamis, 4 Desember 2025.
Pramono menyebutkan, seluncuran air itu dibuat dari kayu ulin pada tahun 1930. Kerangka besi pada seluncuran tersebut masih dipertahankan seperti desain awal pembuatannya.
"Kita rutin melakukan perawatan. Sehingga sampe sekarang masih aman digunakan oleh pengunjung," imbuhnya.
4. Menjalal Sensasi Paralayang Kota Batu
Menikmati pemandangan Kota Batu tak hanya dengan menyusuri tiap sudutnya. Paralayang Gunung Banyak menawarkan sensasi menikmati pemandangan 'Swiss Kecil di Pulau Jawa' ini dari udara. (Foto: Dendy Ganda/Ketik.com)
Banyak jalan menikmati keindahan Kota Batu. Salah satunya dari udara. Jika ingin menikmati pemandangan kota berjuluk 'Swiss kecil di Pulau Jawa ini' seperti seekor elang, Anda bisa menjajal terbang dengan paralayang.
Ada banyak penyedia jasa paralayang di Kota Batu. Yang paling terkenal adalah jasa paralayang di Gunung Banyak, Kota Batu.
Ahmad Fauzi, salah seorang pilot senior dan safety officer paralayang Gunung Banyak, memastikan timnya siap membawa pengunjung merasakan sensasi terbang dan menikmati keindahan Batu.
"Kami siap mengajak pengunjung merasakan sensasi baru. Biasanya kan melihat keindahan secara biasa. Nah, ini cara baru dengan sudut pandang baru," kata Ahmad Fauzi.
5. Profil Kepala Desa Nyentrik yang Sukses Majukan Desa Wisata Tulungrejo
Kepala Desa Tulungrejo, Suliono, merupakan salah satu kepala desa visioner di Kota Batu. Ia menjadikan Tulungrejo sebagai destinasi wisata paling moncer di Kota Batu. (Foto: Nurul Aliyah/Ketik.com)
Suliono merupakan Kepala Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, yang sukses mencuri perhatian publik. Tak hanya penampilannya yang nyentrik, visi kepemimpinannya juga patut diacungi jempol.
Di bawah kepemimpinannya, Desa Tulungrejo menjadi salah satu wilayah dengan destinasi wisata paling moncer di Kota Batu.
Sebelum menjabat sebagai kepala desa, Suliono sempat terpilih sebagai salah satu anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Selain itu, ia juga merupakan seorang petani dan pedagang.
Setelah resmi menjadi Kepala Desa Tulungrejo, pada 2013 silam, Suliono langsung membuat gebrakan. Ia langsung memetakan potensi-potensi di wilayahnya yang bisa dikembangkan menjadi desa wisata.
6. Lipsus Kebijakan Pemkot Batu yang Pasang Portal Parkir di Alun-Alun
Pemasangan portal parkir otomatis dan penutupan jalan di kawasan Alun-Alun Kota Batu sempat menjadi polemik. Ketik.com menjadikan hal ini sebagai salah satu bahan lipsus selama program Gerebek Batu. (Ketik.com/Dendy Ganda)
Sebagai media massa, ketik.com juga bertugas menjalankan kontrol sosial dan mengkritisi kebijakan Pemkot Batu memasang portal parkir di Alun-alun yang ternyata hal itu dikeluhkan warga hingga pedagang.
Pemasangan portal parkir di jalan umum Alun-alun Kota Batu diprotes pemilik usaha. Selain dikhawatirkan menjadi sepi pembeli, mereka sebagai pemilik usaha masih diwajibkan membayar parkir sebesar Rp2 ribu.
Hal tersebut disampaikan pengelola Susu Nandhi KUD Batu, Nowo Hadi, kepada Ketik.com, Sabtu, 6 Desember 2025. Saat dilakukan uji coba portal parkir, ia sudah protes karena harus masih diwajibkan membayar Rp2 ribu.
"Untuk kendaraan roda dua atau sepeda motor Rp2 ribu, kalau mobil tidak tahu berapa. Katanya tadi untuk pemilik usaha di sini sebesar Rp2 ribu, kemudian keluar masuk sebebasnya," ujar Nowo Hadi.
7. Silaturahmi ke Para Pelaku Usaha dan Wisata
Tim bisnis dan jurnalis Ketik.com bersilaturahmi dengan manajemen Pusat Oleh-Oleh Brawijaya Kota Batu (Foto: Bella/Ketik.com)
Tak hanya jurnalis atau wartawan yang bekerja pada program Gerebek Kota Batu ini. Tim bisnis juga bergerak melakukan silaturahmi ke sejumlah pelaku usaha pariwisata, hotel, kuliner dan oleh-oleh.
Silaturahmi tersebut untuk membuka jaringan maupun koneksi. Sejumlah pelaku usaha dan wisata yang dikunjungi meliputi Jatim Park Group, oleh-oleh Buah Tangan, Kendedes dan Pusat oleh-oleh Brawijaya.
Sejumlah destinasi wisata, pusat oleh-oleh dan hotel juga diangkat melalui pemberitaan agar mempermudah wisatawan memilih destinasi yang akan dikunjungi selama di Kota Batu.
8. Ditutup dengan Lipsus Apel dan Profil Wali Kota Cak Nur
Bagi Kota Batu, apel bukan sekadar buah, tapi merupakan sebuah jati diri. Sayangnya, produktivitas dan luasan lahan apel Kota Batu terus menyusut. (Foto: Dendy Ganda/Ketik.com)
Pada akhir program Gerebek Kota Batu, Ketik.com mengulas lahan apel yang terus menyusut di wilayah ini. Pada 2019, lahan perkebunan apel masih seluas 1.765,97 hektare.
Setahun berselang, luas lahan ini tinggal nyaris separuhnya, yakni 932,27 hektare. Saat ini, luas lahan perkebunan apel tinggal 740,07 hektare. Menyusutnya lahan Apel ini patut disoroti.
Karena Apel merupakan ikon dari Kota Batu. Dengan menyusutnya lahan apel di kota wisata ini, maka hal tersebut mempengaruhi identitas Kota Batu yang memiliki ikon apel.
Di akhir program ini, juga diulas Profil Wali Kota Batu Nurochman atau akrab disapa Cak Nur. "Bukan Janji, Tapi Bukti! Intip Kinerja 'Senyap' Cak Nur, Wali Kota Batu yang Fokus Bekerja Tanpa Banyak Bicara" itulah judul beritanya.
Wali Kota Batu, Nurochman atau yang akrab disapa Cak Nur bekerja membangun Kota Batu tanpa banyak bicara. Di tahun pertamanya menjabat, ia memastikan program kerja berjalan mulus dan membawa dampak ke masyarakat.
Program kerja yang dijalankan Cak Nur telah diselaraskan dengan visinya, yaitu madani, berkelanjutan, agrokreatif, terpadu, unggul, sinergi, akomodatif, dan ekologis, atau dikenal dengan konsep MBATU SAE.
Cak Nur juga dikenal memiliki kepedulian besar terhadap sektor pariwisata Kota Batu. Hal itu terlihat dari gelaran Batu Street Food Festival yang digelar bersama Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu pada 20–22 November 2025.
Itulah delapan pencapaian yang dilakukan ketik.com dalam program Gerebek Kota Batu dilaksanakan selama 8 hari yang bertujuan untuk mengangkat potensi di kota wisata ini. (*)
