KETIK, SURABAYA – Keluarga korban robohnya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo memilih menginap di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya, sejak Jumat, 3 Oktober 2025. Mereka menanti kabar terbaru dan kepastian identifikasi anggota keluarga yang menjadi korban.
Salah satu yang menanti dengan hati cemas adalah Tohari, warga asal Sampang. Dengan tatapan kosong dan mata sembab, ia terus memanjatkan doa untuk dua adik tercintanya, Zaki dan Albi, yang hingga kini belum ditemukan.
"Kami hanya ingin kepastian. Kami percaya tim DVI melakukan yang terbaik," kata Tohari, yang tak kuasa menahan air matanya.
Zaki dan Albi diketahui baru tiga bulan menimba ilmu di Ponpes Al Khoziny. Tohari sendiri telah menjalani proses pengambilan sampel DNA untuk dicocokkan dengan jenazah korban oleh tim Disaster Victim Identification (DVI).
"Kami sudah memberikan semua yang dibutuhkan. Sekarang, hanya doa yang bisa kami panjatkan," tutur Tohari.
Hingga berita ini ditulis, Sabtu, 4 Oktober 2025, sudah ada sembilan jenazah korban bangunan roboh Ponpes Al Khoziny yang tiba di Rumah Sakit Bhayangkara. Jenazah ke-9 diantar ambulans dan tiba pada Sabtu pagi.
Proses identifikasi yang dilakukan melibatkan berbagai metode ilmiah, termasuk data ante mortem (data sebelum korban meninggal), post mortem (data setelah korban meninggal), hingga DNA. Seluruh data pendukung tersebut telah dikirimkan oleh pihak keluarga.
Pihak kepolisian berjanji akan bekerja secepat mungkin, namun tetap mengedepankan ketelitian dan keakuratan data.
Kabid Dokkes Polda Jatim, Kombes Pol Khusnan Marzuki, mengatakan hingga Sabtu pukul 06.00 WIB, pihaknya telah menerima 57 sampel DNA dari keluarga korban. Sampel ini selanjutnya akan dikirim ke Puslabfor Mabes Polri untuk proses identifikasi.
"Kami berharap pihak keluarga korban dapat memberikan support kepada Tim DVI dengan mengirimkan foto terakhir atau selfie dan rekam medis para korban yang ada," tutup Kombes Pol Khusnan.(*)