KETIK, MALANG – Kayutangan Heritage Malang merupakan salah satu magnet utama bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang berlibur ke Kota Malang. Destinasi wisata ini hadir dengan suasana nostalgia zaman kolonial.
Dengan arsitektur bangunan lama yang masih dilestarikan, kampung yang berada di Jalan Jenderal Basuki Rahmat, Klojen, Malang, ini berhasil menarik banyak wisatawan.
Mulanya, Kayutangan merupakan perkampungan biasa. Penghasilan warganya pun bukan berasal dari sektor pariwisata. Saat itu, warga tidak menyadari bahwa kawasan yang mereka tempati akan menjadi destinasi wisata yang viral dan didatangi banyak wisatawan.
“Sejak zaman dulu, jauh sebelum pariwisata, hanya kampung biasa, tidak ada yang mencolok, warganya zona aman, warganya sudah berpenghasilan, adanya wisata tidak banyak dipikirkan,” ungkap Ketua Pokdarwis Kampung Heritage Kayutangan Malang, Mila Kurniawati.
Namun, pada 2017 kehidupan warga Kayutangan berubah. Mereka kedatangan perwakilan Dinas Pariwisata, Tim Ahli Cagar Budaya, serta Malang Heritage Community yang datang untuk memotret daya tarik kampung ini.
Bangunan-bangunan lama yang masih dilestarikan menarik para inisiator hingga akhirnya menyimpulkan bahwa kampung ini memiliki potensi menjadi destinasi wisata kampung tematik.
Dengan mengunggulkan bangunan tua, para inisiator memberi masukan bahwa kampung ini dapat menjadi destinasi wisata kampung bertema heritage.
“Kami diundang di pertemuan. Kampung ini cukup banyak potensinya, lebih banyak di sisi bangunan tua. Para inisiator bilang kenapa tidak buka kampung tematik, karena banyak bangunan peninggalan yang bisa diangkat jadi kampung wisata bertema heritage,” ucap Mila.
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, pada 2018 Kampung Kayutangan dideklarasikan sebagai kampung wisata untuk umum.
Rumah lama dengan koleksi barang antik di Kampung Heritage Kayutangan. (Foto: Aliyah/Ketik.com)
Prosesnya diawali dengan menyosialisasikan program kepada ibu-ibu PKK dan karang taruna agar bisa bersatu mewujudkan kampung wisata. Tak hanya itu, anggota pokdarwis juga patungan untuk mengadakan berbagai event yang dapat menarik pengunjung.
“Kita mulai ke masyarakat, seperti sosialisasi mengajak ibu PKK, karang taruna. Meski sudah dilaunching, kita tidak dikasih modal, benar-benar nol rupiah. Kita bikin event dulu patungan, bersepuluh anggota pokdarwis patungan untuk event,” ujar Mila Kurniawati.
Seiring berjalannya waktu, melalui relasi dosen Kampus ABM atau STIE Malangkucecwara, akhirnya terjalin kerja sama dengan kampus tersebut. Tak hanya itu, adanya CSR dari Bank Indonesia juga membuat Kampung Heritage Kayutangan semakin berwarna.
Bank Indonesia memberikan bantuan untuk pembuatan mural, gapura, lampu di atas sungai, serta peta kawasan.
Gang Kampung Heritage Kayutangan tampak depan. (Foto: Aliyah/Ketik.com)
Setelah berjalan lama dan banyak pengunjung yang datang, ada mahasiswa Universitas Negeri Malang yang kemudian memperkenalkan kampung ini kepada dosennya. Dari sana terjalin kerja sama dengan UM sehingga kini banyak logo UM yang dapat ditemukan di kawasan Kampung Heritage Kayutangan.
Untuk perawatan kampung, Mila Kurniawati mengungkapkan bahwa dana diperoleh secara mandiri, yakni dari tiket masuk sebesar Rp5.000 per orang serta paket wisata. Sementara itu, Dinas Pariwisata sudah dua tahun terakhir tidak memberikan dana.
“Perawatan dari dana mandiri. Dari awal pemerintah tidak memberi dana. Dinas Pariwisata untuk event sudah dua tahun tidak ada. Sekarang ya dari pengunjung. Kita kelola, dikumpulkan sampai satu semester. Kita alokasikan 30% untuk wilayah RW, 30% untuk paguyuban-paguyuban, dan 40% untuk operasional,” tutur Mila.
Kini, Kampung Heritage Kayutangan berhasil menjadi destinasi wisata yang digandrungi banyak wisatawan. Setiap akhir pekan dan musim liburan selalu ramai pengunjung. (*)
