KETIK, SURABAYA – Selama hampir setahun ini atau sejak awal Januari hingga menjelang Desember 2025, total 49 pendamping telah dipecat oleh Kementerian Sosial karena diduga tidak bekerja sesuai aturan yang ditetapkan.
Ini ditegaskan Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf di sela kunjungan kerjanya saat memimpin dialog Kesejahteraan Sosial dan Sekolah Rakyat di Gedung Kesenian Darmoyudo, Kota Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, akhir pekan lalu.
Bahkan, menteri yang akrab disapa Gus Ipul tersebut mengungkapkan tahun ini ada hampir 500 orang pendamping diberikan peringatan pertama maupun kedua.
"Dengar baik-baik, sudah bukan waktunya lagi main-main, sudah bukan waktunya lagi membohongi Keluarga Penerima Manfaat, sudah bukan waktunya lagi membawa kartu dari Keluarga Penerima Manfaat," ujarnya.
"Ingat, setiap bantuan harus sampai 100 persen kepada yang berhak menerima," tambah mantan Wali Kota Pasuruan tersebut.
Mensos menegaskan kepada pendamping untuk bekerja berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), terutama saat melakukan rekrutmen siswa Sekolah Rakyat.
"Karena ujung tombaknya adalah pendamping. Pendamping harus bekerja berdasarkan data. Datanya dilihat dulu baru didatangin. Dan dia harus di desil 1 Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional. Itu ada desil 1 sampai 10, dan yang bisa sekolah di sini adalah yang di desil 1, maksimal desil 2," kata Gus Ipul.
Kepada para pendamping, Gus Ipul juga menekankan untuk jujur dan tidak main-main dalam penyelenggaraan Sekolah Rakyat.
Wakil Gubernur Jatim periode 2009-2019 itu menyampaikan tidak boleh ada praktik kecurangan seperti suap, sogok atau titip-menitip dalam rekrutmen siswa.
"Maka itu tidak boleh ada yang main-main, yang bisa sekolah di sana (Sekolah Rakyat) adalah anak-anak yang memang dari keluarga yang tidak mampu, tetapi mereka tidak pernah malu terhadap keluarganya," kata dia.
Selain berperan dalam rekrutmen siswa, lanjut mensos, para pendamping juga harus terlibat di lapangan dalam mendampingi pemberdayaan orang tua siswa, sebagai bagian dari pengentasan kemiskinan terpadu.
"Anaknya sekolah, orang tuanya diberdayakan. Para pendamping nanti akan menemani dan membimbing," tutur Gus Ipul. (*)
