KETIK, KEDIRI – Optimalisasi peran pendamping keluarga terus dilakukan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Kediri. Optimalisasi itu untuk mempercepat penurunan angka stunting.
Merujuk data survei status gizi Indonesia, angka stunting di Kota Kediri mencapai 17,6 persen. Meskipun jumlah itu di bawah target prevalensi stunting nasional 18,8 persen pada 2025, namun angka itu menjadi perhatian khusus.
"Walaupun sebenarnya berdasarkan bulan timbang mandiri, angka itu lebih rendah, sekitar 4 persen sekian," kata Kepala DP3AP2KB Kota Kediri, Muhammad Fajri Mubasysyir, Rabu, 19 November.
Untuk mempercepat penurunan stunting di Kota Kediri, Fajri menyebut terus melakukan langkah strategis. Di antaranya adalah mengoptimalkan peran pendamping keluarga dengan melakukan orientasi tim pendamping keluarga dalam rangka pencegahan dan percepatan penurunan stunting.
"Ada sebanyak 663 kader di Kota Kediri yang mengikuti orientasi," imbuhnya.
Orientasi tim pendamping keluarga itu, lanjut Fajri menjadi penting mengingat peran kader sebagai ujung tombak. Mereka sebagai garda depan penyambung informasi pemerintah sehingga program-program yang digulirkan dapat berjalan dengan optimal.
"Kegiatan ini menjadi langkah strategis untuk memperbarui wawasan para kader mengenai program bangga kencana, memperkuat koordinasi lapangan, serta memastikan intervensi pencegahan stunting berjalan lebih efektif," jelasnya.
Dengan optimalisasi itu, pendampingan terhadap keluarga berisiko stunting dapat maksimal sehingga pihaknya optimistis target 14 persen prevalensi stunting di Kota Kediri pada 2026 di bawah target nasional dapat terwujud. Namun untuk mewujudkan itu perlu sinergitas lintas sektoral.
"Kita terus berkolaborasi dan bersinergi lintas sektoral untuk percepatan penurunan stunting di Kota Kediri. Dan temen-temen kader ini memiliki peran penting," kata Fajri.
Selain melakukan intervensi untuk pencegahan stunting, para kader juga gencar mensosialisasikan program-program pemerintah. Salah satunya adalah gerakan orang tua asuh cegah stunting atau Genting. Program quick win dari pemerintah pusat itu bertujuan mencegah stunting dengan melibatkan masyarakat sebagai orang tua asuh.
Melalui gerakan itu, masyarakat umum, lembaga zakat, hingga mitra filantropi seperti Baznas dan Rumah Zakat diajak berkolaborasi membantu pemenuhan gizi balita stunting. Bentuk dukungan dapat berupa paket gizi, edukasi, hingga pendampingan keluarga secara intensif.
"Jadi kita berkolaborasi. Untuk mempercepat penurunan stunting harus dilakukan secara menyeluruh dan masif dari hulu hingga hilir," pungkasnya. (*)
