OJK Catat Data 35% Remaja Indonesia Paham Dasar Literasi Keuangan

26 Juni 2025 19:42 26 Jun 2025 19:42

Thumbnail OJK Catat Data 35% Remaja Indonesia Paham Dasar Literasi Keuangan
Peserta literasi keuangan remaja. (Foto: Ketik)

KETIK, BANDUNG – Budaya konsumtif dan gaya hidup instan semakin mengakar di kalangan remaja Indonesia. Tren mengikuti gadget terbaru, aktivitas “ngopi cantik”, hingga kebiasaan belanja daring tanpa perencanaan, membuat banyak remaja terjebak dalam pola pengeluaran boros. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan kesiapan finansial generasi muda di masa depan.

"Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hanya sekitar 35% remaja Indonesia yang memahami dasar-dasar literasi keuangan," kata Ratna Dewi, Pakar Edukasi Keuangan dari Universitas Negeri Jakarta.

Literasi keuangan dasar itu ntara lain seperti menabung, membuat anggaran, dan membedakan kebutuhan serta keinginan. Ketidaktahuan ini seringkali berujung pada pengeluaran yang tidak terkontrol dan minimnya tabungan.

“Remaja adalah fase penting untuk membentuk kebiasaan finansial yang sehat. Jika dibekali sejak dini, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan ekonomi di masa dewasa,” ungkap Ratna.

Gerakan Edukasi Finansial Masuk Sekolah dan Komunitas

Sebagai langkah preventif, sejumlah sekolah mulai menerapkan literasi finansial dasar dalam kegiatan belajar. Kegiatan seperti simulasi anggaran, permainan pasar mini, dan tugas mencatat pengeluaran mulai digalakkan untuk membiasakan siswa berpikir kritis tentang uang.

Di luar lingkungan sekolah, komunitas berbasis media sosial seperti Finansialku Muda juga gencar mengedukasi remaja dengan konten yang menarik dan mudah dipahami.

“Kita buat konten seperti ‘cara nabung buat konser idola’ atau ‘trik beli barang impian tanpa nyiksa dompet’. Konten-konten seperti itu lebih relevan buat mereka,” jelas Arief, pendiri Finansialku Muda.

Dampak Positif pada Pola Pengelolaan Uang Remaja

Upaya ini mulai menunjukkan hasil. Sarah (17), siswi SMA asal Bandung, mengaku kini lebih bijak mengelola uang setelah mengikuti pelatihan keuangan di sekolahnya.

“Biasanya uang jajan langsung habis. Sekarang aku belajar bedain mana kebutuhan, mana keinginan. Aku juga udah mulai nabung buat beli laptop sendiri,” ungkap Sarah.

Kisah Sarah mencerminkan dampak nyata dari edukasi finansial sejak dini. Remaja mulai menyadari pentingnya menunda kepuasan sesaat demi tujuan jangka panjang, serta lebih hati-hati dalam mengambil keputusan pengeluaran.

Peran Bersama Mewujudkan Generasi Melek Finansial

Pendidikan finansial tidak bisa berjalan sendiri. Keterlibatan keluarga, sekolah, pemerintah, dan komunitas sangat dibutuhkan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung tumbuhnya kesadaran finansial sejak usia dini.

Literasi finansial bukan hanya tentang kemampuan menghitung uang, tetapi tentang membangun pola pikir bijak, bertanggung jawab, dan mandiri secara ekonomi. Dengan edukasi yang tepat, remaja Indonesia memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh menjadi generasi yang tangguh menghadapi tantangan ekonomi masa depan. (*) Siti Sofiyah

Tombol Google News

Tags:

literasi LITERASI KEUANGAN keuangan