KETIK, YOGYAKARTA – Malam 1 Suro merupakan perayaan tahun baru dalam kalender Jawa yang jatuh pada tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Perayaan ini memiliki makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat Jawa, yang meliputi introspeksi diri, permohonan perlindungan, dan penghormatan terhadap leluhur.
Biasanya masyarakat Jawa mengisi malam tersebut dengan berbagai bentuk ritual dan laku spiritual seperti tirakat, ziarah kubur, doa bersama, dan juga selametan.
Hingga saat ini momentum malam 1 Suro menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang untuk melakukan ritual dan doa bersama.
Salah satunya adalah Rahmat Arif Budisusila (57) yang akrab dipanggil Mamat. Bapak dua orang anak yang selama ini tinggal di Banjarmasin Kalimantan tersebut rela datang ke kota kelahirannya Yogyakarta.
Perjalanan naik kapal laut dari pelabuhan Banjarmasin ke Tanjung Perak Surabaya selama 16 jam ia tempuh pada Sabtu 27 Juni 2025 lalu. Selanjutnya ia naik bus menuju kampung halamannya di kawasan Wirobrajan Yogyakarta.
Kehadiran pria yang sudah 27 tahun ini bekerja dan tinggal di Kalimantan untuk menyambut malam 1 Suro di Gunung Lawu. Secara administratif, Gunung Lawu berada di wilayah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, serta Kabupaten Ngawi dan Magetan, Jawa Timur.
"Anak yang besar sudah kuliah lagi banyak tugas, anak kedua SMA, rencana Agustus mereka akan ke Jawa. Saat ini saya datang sendirian," ungkapnya.
Menurut Mamat, malam 1 Suro merupakan momentum yang sangat penting bagi masyarakat Jawa.
"Setelah 27 tahun berlalu saya ingin merasakan suasana masyarakat di Jawa dalam menyambut malam 1 Suro," ungkap Mamat yang memiliki hoby naik gunung dan bertualang ini.
Dari hobynya tersebut pada tahun 98-an ia merantau ke Kalimantan dan betah tinggal disana. Selama ini berbagai pekerjaan juga telah ia jalani, dari sopir pelabuhan hingga operator alat berat.
Mamat mengatakan, di tempat ia tinggal saat ini tidak ada acara menyambut malam 1 Suro seperti di Jawa selama ini. Untuk, itu sejak bebera hari lalu ia telah mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan ke Yogyakarta.
"Saya ingin merasakan suasana malam 1 Suro yang sangat kental dengan tradisi Jawa," kata Mamat.
Mamat bersama GPA Malioboro Frelance (MF) saat melakukan tirakatan di basecamp Cemoro Kandang. (Foto: GPA MF/Ketik)
Saat ini, Mamat sedang berada di Gunung Lawu, salah satu lokasi yang sangat populer untuk menyambut malam 1 Suro. Ia melakukan pendakian Gunung Lawu dari jalur Cemoro Kandang, Karanganyar, Jawa Tengah.
Ia berangkat sejak Kamis siang 26 Juni 2025. Kehadirannya bersama teman-teman lamanya dari Gabungan Pecinta Alam (GPA) Malioboro Freelance Yogyakarta.
Keinginan Mamat terlaksana, momen malam 1 Suro akhirnya ia nikmati di Basecamp Cemoro Kandang.
"Tadi malam kami lakukan tirakatan dan berdoa bersama teman-teman," katanya singkat.
Selanjutnya Jumat pagi 27 Juni 2025 ia mulai melakukan pendakian ke Gunung Lawu dari jalur Cemoro Kandang ini. Hal ini dilakukan untuk menghindari padatnya jalur pendakian saat malam 1 Suro.
Mamat berharap aktivitas yang dilakukan dalam menyambut malam 1 Suro, dapat memperoleh berkah dan keselamatan.
"Selain itu saya juga ingin memperoleh pengalaman yang berharga dengan menyambut malam 1 Suro di lereng Gunung Lawu," ujarnya.
Aktifitas Mamat menjadi salah satu contoh bagi banyak orang yang ingin menyambut malam 1 Suro dengan cara yang unik dan berkesan. (*)