KETIK, SURABAYA – Sepi, begitulah kira-kira kesan pertama Ketik saat berkunjung ke Langgar Dukur Kayu yang terletak di Lawang Seketeng IV, Jalan Grogol GG I, Peneleh, Surabaya.
Sejumlah warga yang berada di sana juga seolah sudah menjadi satu bagian dengan Langgar Dukur Kayu. Mereka tetap melakukan aktivitasnya sehari-hari, ada yang mengecat rumah, menjemur pakaian di depan rumah, berjualan es dan makanan, dan lain sebagainya.
Langgar yang sudah berdiri pada bulan pertama di tahun 1893 itu baru terasa "spesial" ketika ada pengunjung. Biasanya para pengunjung itu adalah wisatawan yang ingin menyaksikan langsung bangunan bersejarah tersebut.
Salah satu wisatawan yang ditemui adalah Dutchi Yosia Christianto.
Langgar Dukur Kayu yang terletak di Lawang Seketeng IV, Jalan Grogol GG I, Peneleh, Surabaya tempat bung Karno kecil belajar ngaji. (Foto: Fitra Herdian/Ketik)
Ia ikut dalam tur wisata di kawasan Peneleh Surabaya. Walaupun ia sudah ikut tiga kali tur, namun ketika melihat Langgar Dukur Kayu masih kagum, seakan tak ada habis-habisnya.
"Saya takjubnya karena masih ada langgar yang sepenuhnya terbuat dari kayu tapi masih bisa bertahan hingga sekarang," katanya.
Selain berkunjung ke Langgar Dukur Kayu, pria yang juga seorang konten kreator itu ikut tur wisata lain di daerah Peneleh. Ia ikut berkunjung ke Makam Eropa. Di sana ia juga takjub dengan suasananya. "Seperti tidak berada di Indonesia," singkatnya.
Yosia, sapaannya berharap Pemkot Surabaya semakin gencar melakukan sosialisasi wisata kepada warga. Sebab menurutnya, sangat penting warga bisa mengenali sejarah kotanya.
"Promosinya kurang. Sebaiknya rutin mendatangkan konten kreator agar banyak pengunjung," katanya.
Pokdarwis Langgar Dukur Kayu, Andri Adi Kusumo menerangkan, bangunan sekaligus rumah ibadah tersebut masih aktif digunakan oleh warga. Kegiatan salat juga masih rutin.
"Tetap digunakan untuk salat lima waktu oleh warga Lawang Seketeng," jelasnya.
Saat bulan Ramadan, Langgar Dukur Kayu juga dipergunakan untuk salat tarawih dan membaca Alquran.
Langgar Dukur Kayu yang terletak di Lawang Seketeng IV, Jalan Grogol GG I, Peneleh, Surabaya tempat bung Karno kecil belajar ngaji. (Foto: Fitra Herdian/Ketik)
Rumah Ngaji Bung Karno
Langgar Dukur Kayu, mempunyai perjalanan yang sangat panjang. Bangunan ibadah yang sangat sederhana ini ternyata pernah menjadi tempat mengaji bapak pendiri bangsa, Soekarno.
Berdasarkan cerita warga sekitar, Soekarno pernah mengaji di Langgar Dukur Kayu yang berdasarkan cerita turun temurun hingga saat ini.
"Konon dulu sempat para sesepuh kampung, warga Lawang Seketeng, Mbah Ambia pernah bercerita, biyen aku tahu nuntun bocah cilik jenenge Kusno munggah nang dukur salat," cerita Andri Adi Kusumo.
Langgar Dukur Kayu pada era Bung Karno kecil menjadi pusat keramaian, keagamaan, dan tempat bermain anak-anak Lawang Seketeng. Banyak aktivitas menarik yang membuat anak-anak betah bermain di sana.
Langgar Dukur Kayu yang terletak di Lawang Seketeng IV, Jalan Grogol GG I, Peneleh, Surabaya tempat bung Karno kecil belajar ngaji. (Foto: Fitra Herdian/Ketik)
Saksi Bisu Era Kemerdekaan
Peran penting Langgar Dukur Kayu berikutnya adalah menjadi saksi bisu era kemerdekaan. Bangunan tempat ibadah ini terdiri dari dua bagian. Lantai satu dipergunakan untuk tempat pertemuan, semacam aula. Lantai dua dipergunakan untuk tempat ibadah.
Saat zaman kolonial Belanda, warga Kampung Seketeng menjadikan lantai satu Langgar Dukur Kayu sebagai tempat berkumpul. Mereka menyusun rencana strategi berperang melawan Belanda di sana.
"Lantai bawah juga sebagai tempat menyimpang senjata. Lokasinya di pojok.
Senjatanya seperti keris, tombak, dan lain sebagainya. Langgar Dukur Kayu juga dijadikan pejuang Lawang Seketeng untuk beristirahat," jelas Andri.
Langgar Dukur Kayu yang terletak di Lawang Seketeng IV, Jalan Grogol GG I, Peneleh, Surabaya tempat bung Karno kecil belajar ngaji. (Foto: Fitra Herdian/Ketik)
Arsitektur Langgar Dukur Kayu
Langgar atau dalam Bahasa Indonesia adalag Musala ini dinamakan demikian karena model bangunannya yang menyerupai rumah panggung, terbuat dari kayu. Bangunan yang sudah ada sejak 1893 itu tak banyak dilakukan perubahan, susunannya masih berbahan kayu.
Di bawah, terdapat tempat wudhu sebelum salat. Tangga untuk naik ke lantai dua berada tepat di sebelah tempat wudhu tersebut.
Peremajaan Langgar Dukur Kayu dilakukan pada tahun 1885. Ketika itu peremajaan hanya pada sisi luar, seperti mengganti besek yang rusak dan triplek yang rusak.
Warga Lawang Seketeng, menurut Andri tidak berani untuk mengubah Langgar Dukur Kayu karena tempatnya sangat sakral dan sudah menjadi bagian di sana.
Hingga sekarang, Langgar Dukur Kayu menjadi bagian tak terpisahkan dari warga Kampung Seketeng, Surabaya. Kawasan tersebut juga sudah menjadi kawasan sejarah dari Pemerintah Kota Surabaya. (*)