KETIK, JAKARTA – Hujan lokal yang turun di Surabaya selama tiga hari terakhir ini masih belum menandai dimulainya musim kemarau.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, hujan lokal di Surabaya akibat dinamika atmosfer di wilayah Surabaya.
Hujan lokal yang terjadi akibat dari muson Australia yang ditandai arah angin rata-rata dari timur dan tenggara. Sementara itu, pengaruh lain adalah dinamika atmosfer.
Hujan ringan dan sedang masih berpotensi terjadi pada sore, malam dan dini hari. “Kecepatan angin 5-20 km/jam,” ujar Siska Anggraeni, Prakirawan BMKG Stasiun Juanda, Senin, 23 Juni 2025.
Data di BMKG mencatat, kondisi dinamika atmosfer karena adanya gangguan Kelvin, Equatorial Rossby dan Low Frekuensi.
Suhu permukaan laut perairan Jawa Timur masih cukup hangat. Sementara indeks Nino 3.4 berada pada kategori netral yang berarti tidak sedang El-Nino maupun La-Nina.
Berdasar laman BMKG, dua hari ke depan cuaca di Surabaya diprediksi tidak ada hujan ringan hingga sedang.
Cuaca terpantau cerah dan berawan mulai dari Kecamatan Kenjeran hingga Lakarsantri, Surabaya Barat.
BMKG Maritim, Tanjung Perak, Surabaya memonitor bahwa tinggi gelombang di perairan selatan Jawa Timur masih mencapai 2.5 meter.
Tinggi gelombang tersebut karena adanya kecepatan angin sekitar 6 hingga 30 Knot. Sementara arah angin dari Timur menuju Tenggara.(*)