KETIK, SURABAYA – Malam satu suro dalam tradisi Jawa kerap ditandai dengan membersihkan pusaka. Namun, tradisi ini sebenarnya bukan hanya sekadar membersihkan benda, tetapi juga merupakan ritual spiritual yang memiliki makna mendalam.
Mpu Slamet, seorang pembersih pusaka terkemuka, yang telah mengabdikan dirinya pada tradisi ini selama bertahun-tahun membagikan makna sebenarnya dari ritual tersebut.
Menurut Mpu Slamet, ritual membersihkan pusaka memiliki tujuan untuk memberikan keberkahan, perlindungan, dan rezeki yang berlimpah. "Maksud dan tujuan ritual ini adalah untuk membersihkan pusaka dan memberikan keberkahan kepada pemiliknya," kata Mpu Slamet saat diwawancarai, Jumat, 27 Juni 2025.
Mpu Slamet telah mempelajari ilmu membersihkan pusaka sejak tahun 1997 dan telah menjadi ahli dalam bidang ini. Ia memiliki pengalaman luas dalam membersihkan berbagai jenis pusaka, termasuk keris, tombak, dan pedang.
"Untuk membersihkan pusaka, kita harus memiliki kesabaran dan ketelatenan," kata Mpu Slamet. "Kita juga harus memahami sifat dan karakteristik pusaka yang akan dibersihkan," imbuhnya.
Mpu Slamet juga menjelaskan bahwa setiap pusaka memiliki energi yang berbeda-beda, sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda-beda pula dalam membersihkannya. "Ada pusaka yang memiliki energi yang kuat, ada juga yang memiliki energi yang lemah," kata Mpu Slamet.
Dalam melakukan ritual membersihkan pusaka, Mpu Slamet menggunakan peralatan khusus, seperti dupa, kembang, dan warangan. Ia juga memiliki teknik khusus untuk membersihkan pusaka, termasuk teknik membersihkan keris dan tombak.
Mpu Slamet berharap bahwa ritual membersihkan pusaka dapat terus dilestarikan dan menjadi bagian dari warisan budaya Jawa. "Ritual ini bukan hanya sekadar membersihkan benda, tetapi juga merupakan bagian dari tradisi dan budaya kita," kata Mpu Slamet. (*)